Sabtu, 19 Juni 2010

Sita Laptop dan Berkas Korban

[ Sabtu, 19 Juni 2010 ]
Kasus Pembunuhan Sekretaris MUI Kraksaan

KRAKSAAN - Tiga hari setelah Sekretaris MUI Kraksaan sekaligus guru MAN Pajarakan Kabupaten Probolinggo M. Saiful Bahri, 45, ditemukan tewas terbunuh, polres belum berhasil mengungkap motif maupun pelakunya. Tapi, polres terus bekerja keras. Polres bahkan telah menyita laptop dan berkas milik korban.

Ini adalah rangkaian langkah polisi dalam mengungkap kasus tersebut selain memeriksa saksi-saksi. KBO Reskrim Polres Probolinggo Iptu Muhammad Dugel menjelaskan, sampai kemarin polres telah memeriksa 6 orang saksi.

Tapi, polisi tak bersedia membeber identitas saksi-saksi yang diperiksa demi kepentingan penyelidikan. "Kami jaga identitas saksi dulu," ujar Dugel saat ditemui Radar Bromo kemarin (18/6).

Yang jelas, di antara mereka yang diperiksa itu tiga di antaranya ialah istri korban, Ninik Maisaroh, seorang guru MAN Pajarakan dan salah satu warga yang ikut melakukan evakuasi tubuh korban di sungai Rondoningo.

Dari sejumlah pemeriksaan tersebut menurut Dugel, polres belum bisa menyimpulkan. "Masih perlu beberapa saksi lagi. Besok (hari ini) ada seorang saksi lagi kami panggil," sebut Dugel.

Diberitakan sebelumnya, M. Saiful Bahri yang warga Perumahan Semampir Indah Kelurahan Semampir Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo menjadi korban pembunuhuan.

Pada Selasa (15/6) pagi Saiful Bahri keluar dari rumahnya. Setelah itu ia tidak kembali lagi. Rabu (16/6) sekitar pukul 06.00 tubuhnya ditemukan tak bernyawa, tertelungkup di sungai Rondoningo. Tepatnya di bawah jembatan Desa Sentong, Kecamatan Krejengan.

Di tubuhnya ditemukan sejumlah luka tusuk dan bacok. Dia diduga kuat menjadi korban pembunuhan. Lebih dari itu, polres menyebut ada indikasi Saiful Bahri menjadi korban pembunuhan berencana. Hanya, sampai kemarin belum ditemukan pelaku maupun motif dari pembunuhan ini.

Untuk mengungkapnya, polisi mulai melacak aktivitas terakhir Saiful Bahri. Itu dilakukan dengan menyita beberapa barang penting milik korban. Menurut Iptu Muhammad Dugel, pada Kamis (17/6) lalu pihaknya telah mendatangi rumah korban.

Saat itu ada beberapa barang milik korban yang disita untuk kepentingan penyelidikan. Barang itu berupa sebuah laptop dan sejumlah berkas penting. Tak cukup itu, kemarin pagi polres juga melakukan penyitaan barang penting lain milik korban di tempat kerjanya, yakni MAN Pajarakan.

Kata Dugel, yang disita adalah barang-barang pribadi maupun berkas yang ada di meja kerja korban. "Nanti kalau tidak berkaitan dengan pembunuhan, akan dikembalikan ke tempatnya," ujar Dugel. Namun, belum diketahui apa yang didapat polisi dari penyitaan barang-barang itu.

Sementara itu, Radar Bromo kemarin sekitar pukul 10.30 menemui Kepala MAN Pajarakan Usman Kaharuddin. Ia membenarkan adanya penyitaan yang dilakukan polisi terhadap barang-barang penting milik Saiful Bahri. Menurutnya, polisi datang melakukan penyitaan sekitar pukul 08.00.

Atas peristiwa yang menimpa Saiful Bahri, Usman mengaku sangat kehilangan. Di matanya, Saiful Bahri adalah guru yang aktif. Terlebih, Saiful Bahri di MAN Pajarakan bukan hanya guru, tapi juga menjabat waka kesiswaan. "Perannya penting di sekolah ini," kata Usman.

Usman sendiri mengaku terakhir kali bertemu Saiful Bahri pada Senin (14/6) sekitar pukul 12.00. Saat itu Usman menggelar rapat untuk kepentingan menyiapkan akreditasi.

Di tengah rapat, Saiful Bahri sempat minta izin pada Usman. Saiful Bahri minta izin tidak masuk pada Selasa (15/6) karena akan pergi ke dinas perhubungan (Dishub) Kabupaten Probolinggo. Tujuannya untuk mengurus izin operasional bus sekolah.

Menrut Usman, sekolahnya sudah membeli sebuah bus. untuk antar jemput siswa yang tidak mampu maupun yatim piatu. Bus tersebut dibeli dari Kalimantan. Sehingga sekolah terlebih dulu harus mengurus plat nomor dan surat-surat kendaraan.

Sedangkan untuk izin operasional bus tersebut, Saiful Bahri yang mengurus ke Dishub Kabupaten Probolinggo. "Korban mengajukan diri mengurus (ke dishub). Jadi memang jelas tidak akan masuk sekolah," ujar Usman.

Setelah itu, Usman mengaku sudah tidak berkomunikasi lagi dengan Saiful Bahri. Tapi, pada Selasa (15/6) sekitar pukul 10.00, Usman mengaku dihubungi Ninik Maisaroh, istri korban. Menurut Usman, saat itu Ninik menanyakan keberadaan suaminya. "Ya saya jawab tidak ada di sekolah. Namun saya mulai khawatir. Sebab, istri korban telpon sambil menangis," ujar Usman.

Fadolillah, salah seorang pegawai MAN Pajarakan, saat ditemui kemarin mengaku juga cukup mengenal korban. Saat ditanya apakah pernah korban bercerita tentang sebuah masalah serius sebelum terjadi peristiwa tragis itu, Fadolillah mengaku pernah. Tapi, itu masalah keluarga dan Fadolillah tak bisa mengungkapkannya. "Terlalu pribadi," ujar Fadolillah.

Sedangkan Abdul Hadi, rekan kerja Fadolillah, mengakui korban pernah berbincang khusus. Tapi, justru itu bukan masalah keluarga. Menurutnya, korban mengatakan pernah bertengkar dengan salah satu kepala sekolah negeri di Kecamatan Pajarakan. "Itu saja yang saya tahu, Mas," kata Hadi. (eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=165235

Tidak ada komentar:

Posting Komentar