Sabtu, 08 Mei 2010

Kompos Naik, Pengguna Sedikit

[ Sabtu, 08 Mei 2010 ]
KRAKSAAN - Produksi kompos Kabupaten Probolinggo sejauh ini meningkat signifikan. Meski demikian, pengguna kompos tidak banyak. Sebabnya, banyak petani yang belum percaya pada kualitas kompos.

Padahal dari data yang dimiliki Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Probolinggo, tahun lalu kualitas kompos kabupaten menduduki peringkat keenam terbaik se Indonesia. Hasil itu menurut Kabid Kebersihan, BLH kabupaten Hendry Atmoko dinilai dari beberapa segi. Yakni, tingkat penanganan, proses dan hasil kompos. "Ini cukup membanggakan," ujar Hendry.

Lebih jauh Hendry mengatakan, produksi kompos Kabupaten Probolinggo mencapai angka signifikan. Pada 2009 mencapai 35.886 kilogram. Kompos tersebut merupakan hasil olahan dari 94.571 kilogram sampah pasar. "Sementara pemakaiannya mencapai 24.390 kilogram," lanjutnya.

Untuk 2010 kata Hendry, BLH tidak memasang target muluk-muluk. Yang terpenting angka produksi tersebut bisa dipertahankan. "Pengembangannya bertahap," jelasnya.

Hendry lantas membeberkan, sejauh ini kompos digunakan untuk sawah. Karena itu, BLH bekerja sama dengan BPP (badan penyuluh pertanian).

Hal ini dibenarkan Koordinator BPP Kraksaan Abd. Rasyid. Namun kata Rasyid, saat ini petani belum banyak menggunakan kompos. Penyebabnya, karena kompos bukan kategori pupuk seperti disebutkan dalam peraturan pemerintah.

Disebutkan dalam peraturan pemerintah, yang dimaksud pupuk harus berbentuk granule (butiran). "Sedangkan kompos masih berbentuk serbuk," jelasnya.

Kompos sendiri kata Rasyid, bisa ditingkatkan menjadi granule. Namun, belum memungkinkan dilaksanakan tahun ini. Untuk mengubah bentuk serbuk kompos menjadi granule kata Rasyid, sangat dibutuhkan keterlibatan pemkab.

Rasyid menilai, pemkab sendiri sedang berupaya menuju arah tersebut. "Mudah-mudahan ada tindak lanjut dari pemkab untuk anggaran tahun depan," katanya.

Sementara Kepala BLH kabupaten Dewi Korina menegaskan, sampah pasar bukan tidak bisa diambil manfaatnya. Karena itu, dia minta agar sampah pasar tidak dibuang sembarangan. "Jangan dibuang. Lebih baik diolah menjadi kompos," katanya.

Proses pengolahannya menurut Dewi, melalui ke rumah kompos di Desa Sumberlele, Kraksaan. Di rumah kompos tersebut, sampah pasar diolah menjadi kompos. "Jadi manfaat sampah tersebut masih ada," ujar Dewi.

Dewi menjelaskan, pihaknya memang memberikan perhatian pada pengelolaan kompos. Karena menurut Dewi, ada dua hal yang bisa diperoleh. Yakni manfaat ekologis dan ekonomis. Secara ekologis, yakni bisa mengurangi jumlah sampah. Secara ekonomi, karena produksi kompos bisa dijual dan dimanfaatkan.

Namun Dewi lebih jauh mengatakan, saat ini fokus perhatian BLH adalah memaksimalkan manfaat ekologis. "Efeknya lingkungan menjadi lebih bersih dari sampah," ujar Dewi.

Sebab menurutnya, belum semua pasar di kaupaten menyalurkan sampah ke rumah kompos. Dewi mengatakan, ada 22 pasar di Kabupaten Probolinggo. Namun, hanya beberapa yang menyalurkan sampahnya ke rumah kompos. "Selanjutnya akan kita lakukan pendekatan pada pengguna pasar. Agar sampah pasar bisa disalurkan ke rumah kompos," ujar Dewi. (eem/hn)

Sumber: http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=4603951795410269508

Tidak ada komentar:

Posting Komentar