Jumat, 13 Agustus 2010

Dispendik Jatim Sesalkan DO Siswa karena FB

Jumat, 13 Agustus 2010 | 11:20 WIB

SURABAYA–Dinas Pendidikan (Dispendik) Jawa Timur menyesalkan pemecatan siswa-siswa SMA Negeri 2 Probolinggo akibat mencurahkan isi hati (curhat) melalui Facebook. Hingga kini, jumlah siswa yang dipecat pihak sekolah bertambah satu orang menjadi lima orang. Seorang siswa lainnya kena sanksi skorsing seminggu.

’’Kami sangat menyesalkan adanya tindakan pengeluaran siswa dari sekolah. Seharusnya ada komunikasi antara sekolah, siswa, dan orang tua sehingga tidak langsung main pecat,’’ ujar Kadispendik Jatim Harun di Surabaya, Kamis (12/8).

Harun menegaskan, seharusnya pihak sekolah sebagai pembina siswa tak sepatutnya memecat anak didik. ’’Curhat dan mengekspresikan kritik melalui Facebook memang kurang tepat. Tapi, kata-kata kasar yang ditulis siswa yang menyudutkan sekolah harus dilihat asal-muasalnya, mengapa hal itu sampai terjadi. Jangan langsung mengeluarkan siswa,’’ katanya.

Pihaknya akan meminta Dinas Pendikan Kota Probolinggo memfasilitasi pertemuan antara kepala SMAN 2 Probolinggo dengan siswa-siswa yang sudah berstatus ’’drop out’’ tersebut. ’’Kami akan memediasi pertemuan itu. Keduanya harus saling pengertian dan mengabaikan masalah sebelumnya agar tak ada yang sakit hati,’’ tutur Harun.

Keempat siswi yang di-DO SMAN 2 Probolinggo antara lain Devi Rizki, Anisa Nurul Hidayah, Mega Ayu Korina, dan Rosdiana Islamiati. Mereka dikembalikan kepada orangtuanya sejak Senin (2/8) lalu. Kemarin, ada tambahan satu siswa, yakni Robby Arifin Irmansyah. Satu siswa lainnya, Hizaburrahman Geraldi, di-skorsing seminggu.

Dalam dengar pendapat (hearing) dengan Komisi A DPRD Kota Probolinggo beberapa hari lalu, Kepala SMAN 2 Syafiudin mengatakan, Geraldi dinilai melanggar tata tertib sekolah dengan tipe C. Sementara ke-5 temannya termasuk tipe A sehingga dikembalikan kepada orangtuanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, enam pelajar SMAN 2 mengkritisi sekolahnya melalui FB. Mereka memperbincangkan soal kejadian-kejadian di sekolahnya mulai, jok motor disilet, sepatu disilet, sampai helm hilang di tempat parkir. Versi mereka di FB, perilaku usil itu sudah dilaporkan ke (guru) kesiswaan, tetapi tidak ada respon.

Di FB itu muncul pula kata-kata kasar yang ditujukan kepada sekolah. Seperti "skolah tak bertanggung jawab + keparat!" dan “kesiswaan doyan duit. Akibat rasan-rasan sejumlah siwanya, SMAN 2 meradang.

Ke-4 siswi ini akhirnya kesulitan mendapatkan sekolah negeri sebagai pengganti SMAN 2. Belakangan melalui dengar pendapat di DPRD, Komisi A mendesak Kepala Dinas Pendidikan (Kasdispendik) Maksum Subani dan Kepala SMAN 2 Syafiudin untuk mencarikan SMA negeri untuk kepindahan keempat siswi itu.

Maksum pun akhirnya bersedia memindahkan ke-4 siswi itu ke SMAN 3 atau SMAN 4 Kota Probolinggo. ’’Tentu saja, siswa ke-5 yang di-DO ini masuk paket harus dicarikan sekolah pengganti,” ujar Ketua Komisi A As’ad Ansyari.

Ketua Dewan Pendidikan Kota Probolinggo Wawan Edi Kuswandoro dihubungi pagi tadi mengatakan, sudah menjadi tanggung jawab Dispendik dan SMAN 2 untuk mencarikan sekolah pengganti terhadap 5 siswa yang telah diserahkan kepada orangtuanya itu.

Wawan pun mengingatkan, setelah ke-5 siswa kelak berhasil dimasukkan ke sekolah negeri, bukan berarti masalah telah selesai. ’’Sekolah yang baru harus menerima mereka dengan baik dan tanpa diskriminasi dengan tidak men-cap mereka sebagai anak nakal atau biang kerok sekolah,” ujarnya. isa, ntr

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=094f45cd07bceec9a66a1898b9a5a418&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar