Rabu, 25 Agustus 2010

Antisipasi Daging Sapi Impor, Wawali Sidak ke Pasar

[ Rabu, 25 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Setelah sidak makanan minuman (mamin) oleh komisi A, kemarin (24/8) giliran Wawali Bandyk Soetrisno menggelar sidak daging. Saat itu Wawali dapat keluhan dari pedagang daging soal kekhawatiran masuknya daging impor ke Jawa Timur, khususnya Kota Probolinggo.

"Daging impor jangan sampai masuk ke sini ya, Pak. Kami di sini tidak bisa menaikkan harga padahal di luar kota bisa sampai Rp 60 ribu. Pokoknya jangan sampai masuk, kasihan kami pedagang ini. Harga sembako bisa saja naik tapi kalau daging tidak bisa," keluh Neni, pedagang daging sapi.

Sidak daging dalam rangka persiapan Idul Fitri kemarin berlangsung pagi hari, tepatnya pukul 05.30 di Pasar Baru. Pagi itu, Wawali didampingi Asisten Perekonomian Matalil, Kepala Dinas Pertanian Sutarjo, Ketua Komisi B DPRD Sri Wahyuningsih dan Kepala Dinas Perhubungan Sunardi.

Harga jual daging sapi sampai kemarin (24/8) masih stabil Rp 55 ribu per kilonya, sedangkan harga ayam kampung naik sekitar Rp 30 ribu dan ayam broiler Rp 23 ribu. Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan daging bisa menimbulkan kerawanan karena bisa disalahkan oleh oknum.

Misalnya menjual daging dengan kualitas kurang baik, terjadi pemalsuan daging dengan pencampuran daging sapi dengan dewan lain untuk meraup keuntungan lebih tinggi atau menambah zat aditif (air, formalin atau zat pewarna non pangan).

Untuk mengetahui kondisi daging yang dijual di pasaran, sewaktu sidak menggunakan alat pHmeter yang berfungsi untuk mengetahui pH daging (normal bila pH 6-7) dan reagen eber untuk mendeteksi awal kebusukan daging. "Bila busuk dalam tabung itu akan mengeluarkan gas," terang drh Retno Wandansari dari Dinas Prtanian Sub Bidang Peternakan.

Pada kesempatan itu Wawali Bandyk sempat mencoba menggunakan pHmeter ke beberapa daging sapi di bedak pedagang. Hasilnya, pH daging yang dijual berkisar antara 6,1 - 6,6 yang artinya daging yang dijual masih aman untuk dikonsumsi.

Diketahui, kebutuhan konsumsi daging sapi masyarakat Kota Probolinggo 2,2 ton yang diperoleh dari pemotongan di RPH 1,6 ton (6-7 ekor sapi) dan daging dari Kabupaten Probolinggo 600 kg.

Daging dari wilayah kabupaten dipantau oleh petugas RPH pada pukul 04.00, waktu pedagang datang untuk melakukan keur ulang. Pasalnya, persyaratan daging dari kabupaten harus menyertakan surat keterangan sehat dari keur master setempat.

Ketika berkeliling ke lapak penjualan daging sapi, Wawali Bandyk sempat berhenti di pedagang tempe. Ia meminta pedagang memotong irisan tempe lalu dibagikan ke pengunjung Pasar Baru. Dua pedagang tempe yang dagangannya habis terjual saat masih pukul 06.00. "Yang tidak kebagian tempe, salaman saja," seru Bandyk yang dikeroyok masyarakat saat berebut tempe.

Kepada wartawan, Bandyk menegaskan jika kondisi daging sapi di pasar tergolong aman karena pH rata-rata masih di bawah 7. "Harga relatif stabil. Mengenai daging impor yang dikhawatirkan pedagang, pemkot akan terus melakukan pengecekan dan pengawasan terkait pendistribusian daging sapi di pasar," jelasnya.

Dinas Pertanian Bidang Peternakan menyatakan ada ciri-ciri yang perlu diketahui masyarakat, bagaimana daging sapi dikatakan aman, tidak busuk dan layak dikonsumsi. Yaitu pH normal (6-7) yang diperiksa dengan pH meter, bau dan rasa normal, tidak berasal dari hewan sakit, tidak berasal dari hewan pengobatan antibiotika dan konsistensi daging normal.

Sementara daging dikatakan busuk apabila daging kelihatan kusan dan berlendir karena aktivitas bakteri, daging berwarna kehijauan dan berbau tengik. Daging berasal dari sapi glonggongan bila warna daging merah pucat, konsistensi daging lembek dan permukaan daging basah. "Biasanya penjual tidak berani menggantung daging karena air akan menetes," pungkas drh Retno ditemui disela sidak. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=176457

Tidak ada komentar:

Posting Komentar