Jumat, 25 Juni 2010

Dermaga Tanjung Tembaga Ambrol

Jumat, 25 Juni 2010 | 09:58 WIB

PROBOLINGGO - Dua bulan terakhir ini dermaga pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo dibiarkan ambrol. Ambrolnya dermaga sepanjang sekitar 20 meter itu jika terus dibiarkan bisa membahayakan arus keluar-masuknya perahu dan kapal.

Tembok dermaga yang ambrol itu terletak di bagian timur, berbatasan dengan kolam penampungan kayu (log ponds) milik PT Kutai Timber Indonesia (KTI). Dermaga yang ambrol terletak sekitar 50 meter di sebelah selatan menara mercu suar.

Konstruksi dermaga yang tersusun dari batu bata itu terburai dan amblas ke bawah. Demikian juga bagian tengah dermaga yang terdiri atas batu karang tergerus ombak.

Dermaga yang ambrol berukuran 20 x 3 meter di sisi timur. Yang tersisa tinggal selebar 1 meter di sisi barat. ”Kalau tembok yang tersisa itu juga ambrol dan masuk ke kolam dermaga, dipastikan kapal dan perahu tidak bisa keluar-masuk pelabuhan,” ujar Agus, nelayan Mayangan, Kota Probolinggo.

Sejumlah warga yang hobi memancing di sekitar mercu suar juga mengaku khawatir dengan keberadaan dermaga yang tinggal seukuran pejalan kaki itu. ”Bukan hanya kapal dan perahu yang terganggu, kami semua yang mau mancing di dekat mercu suar bakal kesulitan,” ujar Eko, warga Kel. Wiroborang, Kec. Mayangan.

Sejumlah bagian dermaga lain juga amblas dan bagian bawahnya growong (berongga).

Warga yang melintasi dermaga harus hati-hati agar tidak terjerembab masuk sejumlah lubang menganga itu.

Pelindo III Cabang Probolinggo mengaku, sudah mendata kerusakan dermaga. ”Talud dermaga itu rusak karena faktor alam, dihantam gelombang besar akibat angin yang oleh masyarakat Probolinggo disebut angin slahung,” ujar Manager Teknik dan Umum PT Pelindo III Probolinggo, Djasmito di kantornya, Kamis (24/6).

Data kerusakan dermaga itu akan dilaporkan ke pihak Jasa Asuransi Indonesia (Jasindo). ”Karena aset Pelindo diasuransikan, ya kami akan mengklaim ke Jasindo,” ujarnya.

Djasmito berharap, Jasindo segera memperbaiki dermaga yang rusak akibat dihantam gelombang itu. “Lumayan, perbaikan dermaga itu bisa menelan dana di atas Rp 100 juta,” ujarnya.

Biasanya, kata Djasmito, setelah dilaporkan ke Jasindo, perusahaan asuransi itu cek di lapangan. Barulah setelah itu dilakukan perbaikan fisik.

Memang tidak semua kerusakan dermaga itu diajukan ke Jasindo. “Yang kerusakannya kecil-kecil kami perbaiki sendiri dengan biaya pemeliharaan rutin dengan dana Rp 5-10 juta,” ujarnya.

Dikatakan pelabuhan peninggalan Belanda yang dibangun pada 1879 itu bisa dikatakan sudah uzur. Dermaga pelabuhan yang terdiri atas batubata itu sebagain kulitnya sudah mengelupas dan ambrol.

“Saya mengakui, bangunan peninggalan Belanda itu luar biasa kuat padahal hanya berupa tumpukan batubata tanpa campuran semen. Katanya, batubata itu direkatkan dengan cairan tetes, bukan dengan semen,” ujar Djasmito.

Mengingat usianya sudah 100 tahun lebih, struktur dermaga pun mulai rapuh. “Pelindo pun tidak berani mengeruk sedimentasi di kolam pelabuhan terlalu dalam, takut malah tembok dermaganya ambrol,” ujarnya. isa

Sumber : http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=64b69edbdbebddfb07106576108edc00&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar