Jumat, 25 Juni 2010

Enam Murid MI Muhammadiyah ke Jakarta untuk Final Olimpiade Sains

[ Jum'at, 25 Juni 2010 ]
Girang Berolimpiade sekaligus Bisa Rekreasi

Kemarin (24/6) enam pelajar MI Muhammadiyah Kota Probolinggo berangkat ke Jakarta. Mereka akan mengikuti final olimpiade sains tingkat nasional. Bagaimana perjalanan mereka sampai masuk final olimpiade sains yang digelar sebuah majalah tersebut?

RUDIANTO, Probolinggo

Safina Aulia Firdausi, 8, siswa kelas IIB. Andy Yusuf Nugraha, 8, kelas IIA. Kholisah Sania Nirmala, 8, kelas IIC. Davina Yuan Nugraha Ningtias, 7, kelas IB. Fadilah Nur Istiqomah, 8, kelas IA. Muhammad Riski Kurniawan, 8, kelas IA.

Mereka adalah enam murid MI Muhammadiyah Kota Probolinggo yang kemarin berangkat ke Jakarta untuk mengikuti babak final olimpiade sains tingkat nasional gelaran majalah Kuark pada Sabtu-Minggu (26-27/6).

Meski lombanya baru akan digelar Sabtu, tapi mereka sudah merencanakan berangkat Kamis. Sebab, hari ini mereka sudah harus melakukan registrasi.

Selasa (22/3) lalu Radar Bromo sempat menemui para pelajar itu di sekolahnya. Saat itu Radar Bromo ditemani salah satu guru MI Muhammadiyah Dwi Maulidiawati. Dari enam pelajar tersebut, ada satu yang tidak tampak saat itu. Yakni Kholisah Sania Nirmala. "Dia sedang sakit," ujar Dwi Maulidiawati.

Enam pelajar MI Muhammadiyah itu bisa melenggang ke Jakarta setelah benar-benar melewati persaingan ketat. Mereka harus menyingkirkan para pesaingnya yang jumlahnya mencapai ribuan siswa se-Indionesia. Di Kota Probolinggo saja ada 174 peserta dari tiga level. Yakni, level satu yang diikuti oleh siswa dari kelas 1-2; level 2, diikuti oleh siswa kelas 3-4; dan level 3, diikuti oleh siswa kelas 5-6.

Setelah dilakukan tes pada Desember 2009, dari 174 siswa itu yang lolos ke babak semifinal hanya 67 siswa. Lalu pada April digelarlah babak semifinal, hasilnya hanya 7 orang yang berhasil lolos ke babak grand final yang akan digelar (26-27/6) nanti. Dari 7 siswa itu, semuanya dari level 1. "Untuk babak penyisihan dan semifinal ada dua tempat, di sini (MI Muhammadiyah) dan di SDK Mater Dei," ujar Dwi.

Meski digelar di sekolah, untuk soal yang diujikan, semuanya dari majalah Kuark, yakni majalah yang banyak membahas masalah sains. Peserta diuji dengan 50 pertanyaan. Mereka harus mampu memperoleh skor minimal 700. "Yang diambil (lolos) hanya yang memenuhi nilai minimal 700," jelas Dwi.

Nah, enam pelajar itu berhasil lolos. Kabar bahwa mereka akan ke Jakarta kontan disambut bahagia. Perjalanan ke Jakarta tak hanya untuk olimpiade. Ada pula yang berencana menjadikannya sebagai momen berekreasi.

Safinah misalnya, mengaku sudah mempersiapkan segalanya. Tapi, yang diutamakan adalah belajar untuk menjadi yang terbaik dalam lomba tersebut. Tak hanya itu, Safina juga sudah punya ancang-ancang untuk apa hadiahnya bila menang nanti. "Belajar ilmu pengetahuan alam dan banyak baca majalah," ujar Safina.

Rasa gembira bisa lolos ke babak final tentu juga menjadi kebanggaan tersendiri bagi Safinah. "Senang bisa masuk final dan bisa ke Jakarta," katanya. Ia bahkan sudah berencana akan main ke sebuah zona permainan anak di Jakarta.

Hal senada juga diungkapkan oleh Davina. Selain ada rasa senang, Davina mengaku juga sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Tidak ketinggalan yang berkaitan dengan olimpiade tersebut. "Makin rajin belajar. Selain (belajar) habis dari sekolah, habis magrib juga belajar," ujarnya.

Fadilah juga demikian. Belajar pengetahuan alam dan membaca majalah sudah tidak bisa ditinggalkan lagi. Tapi, ada sisi lain yang membuat seorang siswa ini banggga lolo ke final. "Senang, karena bisa ke Jakarta. Kan selama ini belum pernah ke sana," ujarnya.

Andy mempunyai cara berbeda selain belajar dengan rajin juga berdoa. Itu pun tidak cukup hanya bedoa sendiri. Tapi, juga meminta dia kepada kedua orang tua dan neneknya. "Eeeeem... selain itu minta doa sama nenek," ujar Andi.

Rizki juga tidak jauh beda, dia juga sudah mempersiapkan diri dengan banyak belajar dan membaca majalah. Doa juga dilakukan. Selain berdoa sendiri, kedua orang tuanya, kakek-neneknya juga diminta doanya. "Juga minta uang sama nenek untuk sangu," ujarnya.

Riski juga sudah mempunyai ancang-ancang yang bagus untuk masa depannya. Dia mengaku, kalau dapat hadiah berupa piala akan disimpan di rumahnya. Sedangkan kalau dapat uang, akan ditabung untuk biaya pendidikan selanjutnya. "Kalau dapat uang, ya ditabung nanti untuk keperluan sekolah," ujarnya.

Para pelajar itu memang berasal dari kelas yang berbeda. Ada yang kelas 1 dan kelas 2. Tapi, dalam olimpiade ini, soal yang akan mereka kerjakan akan sama persis. Karena mereka sama-sama masuk di level 1.

Meski satu sekolah, mereka juga akan bersaing untuk saling mengalahkan. Siap lebih pandai dan rajin belajar, meka mereka yang akan berhasil tidak peduli kelas 1 atau kelas 2.

Hal yang menarik, Davina Yuan Nugraha Ningtias akan bersaing dengan kakak kandungnya sendiri, Andy Yusuf Nugraha. Umur mereka terpaut satu tahun, Davina duduk di bangku kelas IB sedangkan Andy duduk dibangku kelas IIA.

Saat ditanya bagaimana perasaannya dikala harus bersaing dengan adiknya sendiri, Andy menjawab kalau tidak ada rasa takut. Dan, kalau nanti menang tidak akan diberi bagian dari hadiah yang diperolehnya. "Tidak takut, saya tidak mungkin kalah. Nanti kalau saya dapat hadiah tidak akan dikasih," ujarnya optimis.

Davina pun menyatakan hal yang sama. Dia juga mengaku tidak takut meski harus bersaing dengan kakaknya sendiri atau kakak-kakak kelasnya. Menurutnya, yang penting berusaha dan rajin belajar.

Meski harus bersaing dengan kakaknya sendiri, yakin menang? "Coba aja dulu. Saya tidak takut. Kalau rajin belajar, nanti juga bisa menang," jawabnya. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166479

Tidak ada komentar:

Posting Komentar