Kamis, 21 Oktober 2010

Bangun PG, Leces Rangkul PTPN XI

Kamis, 21 Oktober 2010 | 10:28 WIB

PROBOLINGGO – Kekurangjelasan informasi tentang Pabrik Gula (PG) Leces yang akan didirikan pabrik kertas PT Kertas Leces (KL) Probolinggo akhirnya terjawab, Rabu (20/10). Ternyata, PG yang teritengrasi dengan pabrik kertas di Desa Leces, Kec Leces, Kab Probolinggo itu merupakan hasil patungan dua BUMN, yaitu PT KL dan PT Perkebunan Nusantara (PT PN) XI.

’’PG baru ini nantinya merupakan sinergi antara PT PN XI dan PT Kertas Leces setelah 3 PG di Probolinggo dibekukan,” ujar Direktur Perencanaan dan Pengembangan (Renbang) PT PN XI, Suyitno saat menerima pabrikan dari China di ruang pertemuan PT KL, Rabu (20/10) siang.

Saat itu hadir perwakilan Guangxi Research of Mechanical Industry dipimpin Lin Xing Sheng (Vice Section Chief Engineer) yang melakukan paparan dan penawaran mesin pabrik gula. Dalam pertemuan yang dipimpin Direktur Pemasaran PT KL Syarif Hidayat itu, Suyitno didampingi tiga administrator PG di Probolinggo, yaitu PG Wonolangan, PG Pajarakan, dan PG Gending.

Terkait ungkapan bakal membekukan 3 PG di Kab Probolinggo, Suyitno buru-buru memberikan peringatan. “Soal pembekuan 3 PG ini cukup kita bicarakan di sini, jangan keluar. Tapi percuma juga, beberapa waktu lalu dalam pertemuan dengan bupati, masalah ini sudah telanjur diekspos wartawan,” ujarnya.

Meski 3 PG di Probolinggo bakal dibekukan, Suyitno menjamin tidak akan ada pemutusan hubungan kerja (PHK). Soalnya, sumber daya manusia di 3 PG itu bakal dialihkan ke PG Leces.

Mantan Administrator PG Wonolangan itu kemudian memaparkan kondisi 3 PG di Kab. Probolinggo. “Tiga PG di Probolinggo ini kapasitasnya kecil, masing-masing 1.500 TCD (ton cane per day/ton tebu per hari, Red.),” ujar Suyitno.

Sisi lain, sinergi PT PN XI dengan PT KL bakal menelurkan PG dengan kapasitas 6.000 TCD. “Yang menjadi masalah adalah tersedianya bahan baku tebu. Kalau sampai kekurangan tebu ya kita nanti menagih dan menangis ke Pak Bupati,” ujarnya.

Sebagai perbandingan, selama ini 3 PG di Kab Probolinggo dengan kapasitas total 4.500 TCD selalu kekurangan tebu. Solusinya, ketiga PG itu “mengimpor” tebu dari Lumajang yang memang surplus tebu setiap tahun.

Soal sinergi pendirian PG, Suyitno mengatakan, PT PN XI tidak hanya menyiapkan SDM yang sudah bertahun-tahun menggeluti industri gula. “Kami juga punya 1 set gilingan dan 1 set evaporator yang diperlukan PG,” ujarnya.

Sementara itu PT KL sudah menyiapkan lahan untuk pendirian PG lengkap dengan unit pengolah limbah (UPL). “Kami juga mempunyai boiler batubara yang sebentar lagi rampung pembangunannya,” ujar Direktur Pemasaran PT KL Syarif Hidayat.

Administrator PG Pajarakan Wahyu Murdayat yang mendampingi Suyitno sempat mempertanyakan ketersediaan lahan tebu yang memadai di Kab Probolinggo. “Mendirikan PG, setahun sampai satu setengah tahun selesai, tetapi menyediakan lahan tebu yang memadai bukan perkara setahun, dua tahun,” ujarnya.

Wahyu memberi gambaran, untuk menyiapkan lahan tebu 10.000 hektare tidak bisa dipenuhi dalam waktu setahun. Padahal lahan tebu seluas itu bakal habis digiling dalam waktu 110-120 hari, jika PG berkapasitas 6.000 TCD.

“Hitungannya, dengan perkiraan 1 hektare menghasilkan 70 ton, maka 10.000 hektare menghasilkan 7 juta ton tebu,” ujarnya. Dan dalam waktu sekitar 3 bulan, tebu sebanyak itu akan habis tergiling.

Terkait ketersediaan lahan, Sekretaris Perusahaan (Sekper) PT KL Prof Dr Ir H Abdul Haris mengatakan, berdasarkan survei lahan, di Kab Probolinggo ada sekitar 43.000 hektare lahan kritis potensial yang bisa ditanami tebu. “Setelah kami cek di lapangan dengan petugas dari PG Wonolangan, riil ada 35.000 hektare lahan, siap ditanami tebu,” ujarnya.

‘Beauty Contest’

Terkait pemaparan dan penawaran mesin PG dari Guangxi Research of Mechanical Industry, China, Suyitno merespon positif. “Sebenarnya mesin PG tidak hanya dari China, masih banyak yang lain seperti dari India, Taiwan, Thailand. Bahkan ada yang dari Jepang, tetapi harganya mahal,” ujarnya.

Suyitno yang pernah ke China pun mengaku, mengetahui persis kualifikasi mesin PG made in China. “Yang ngomong orang sana (China, Red.) sendiri Katanya di China ada mesin nomor 1 sampai 10. Tinggal sebutkan mau ‘Kw’ (kwalitas, Red.) berapa, semua ada!” ujar mantan Administrator PG Jatiroto, Lumajang itu.

Karena itu, Suyitno menyarankan, siapa pun yang ingin bermitra dengan PT PN XI dan PT KL terkait pendirian PG baru, harus melalui seleksi. “Istilahnya ada ‘beauty contest’,” ujarnya.

Soal bahan baku tebu, kata Suyitno, tidak hanya soal keterbatasan lahan, tetapi juga menyangkut varitas tebu. “Di China ada varitas tebu yang rendemen (kadar gula, Red.)-nya sampai 12 persen,” ujar Suyitno. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=b21ab29d136b3172a2d34952c0938caa&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar