Kamis, 21 Oktober 2010

Geger Dengan Anak, Kiai Usir 300 Santriwati

Kamis, 21 Oktober 2010

PROBOLINGGO - Surya-
Sedikitnya 300 santriwati Pondok Pesantren (Ponpes) Assulthoniyah, Kelurahan Triwung Kidul, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo, berhamburan keluar pondok. Mereka lari ketakutan setelah diusir KH Nur Hasan, pendiri sekaligus ketua yayasan ponpes tersebut.

Yang membuat ratusan santriwati itu ketakutan, karena selain marah, KH Nur Hasan juga membawa pentungan kayu sebesar lengan orang dewasa.

Peristiwa yang sempat mengejutkan para pengajar, santri, dan warga sekitar pondok itu terjadi Rabu (20/10) sekitar pukul 13.00 WIB. Beberapa ustad dan ustadah yang kaget langsung mencegat dan menggiring para santriwati ke rumah warga.

Namun banyak santriwati ketakutan kemudian memasuki perkampungan. Bahkan ada yang menuju ke terminal Bayuangga yang jauhnya satu kilometer dari ponpes.

Pada saat yang sama, para ustad dan ustadah mencari santri yang bersembunyi di rumah warga dan menjemput mereka yang sudah sampai di terminal untuk kembali ke ponpes.

Sementara di dalam pondok, KH Nur Hasan masih meluapkan kemarahannya sambil membawa pentungan kayu memeriksa tiap kamar santriwati untuk memastikan mereka sudah keluar dari kamar masing-masing.

Karena KH Nur Hasan masih marah, maka para santriwati yang berhasil dibujuk ustad dan ustadah untuk kembali, sementara dititipkan di rumah-rumah warga hingga situasinya aman.

Situasi baru reda pukul 15.30 WIB, ketika petugas dari Polsekta Kademangan, Babinsa dan sejumlah perangkat kelurahan datang, sekaligus meredakan kemarahan KH Nur Hasan.

Oleh para petugas itu bersama Ustad Syaifullah Islam, putra kedua KH Nur Hasan, diyakinkan kepada para santriwati bahwa situasi sudah aman.

Ketika situasi reda itulah, diketahui bahwa masalah ini muncul dipicu oleh konflik dan saling berebut pengaruh di ponpes antara KH Nur Hasan dengan putri ketiganya, Ustadah Nur Fadillah yang sehari-hari mengelola Madrasah Aliyah (MA/setingkat SMA) di kompleks ponpes tersebut.

Konflik itu terlihat, karena pada saat situasi reda itu semua santriwati mengatakan lebih memilih ikut Ustadah Nur Fadillah ketimbang ikut Ustadah Siti ‘Aisyah, istri KH Nur Hasan. Siti Aisyah adalah Kepala SMA di kompleks ponpes tersebut. Ia merupakan istri kedua KH Nur Hasan yang dinikahi dua tahun lalu, setelah istri pertama meninggal dunia tiga tahun lalu.

Syaifullah Islam, pengajar sekaligus pewaris Ponpes Assulthoniyah mengakui ratusan santri itu lari ketakutan karena diusir abah (ayah)-nya. Ia mengaku bingung mengapa abahnya berbuat seperti itu. Padahal ia bersama abahnya sudah puluhan tahun merintis pondok yang kini telah memiliki 8.000 santri. ”Kalau begini caranya, santri kami bisa habis,” kata Syaiful.

Menurutnya, abahnya bersikap seperti itu terhadap santrinya karena pengaruh dari Siti Aisyah, istri keduanya. Dikatakan Syaifullah, awalnya umi (ibu) tirinya ini bersikap baik terhadap abah dan anak-anaknya. Namun setelah usia perkawinan berjalan setahun lebih, mendadak sikap uminya berubah drastis kepada Syaifullah dan saudara-saudaranya.

“Karena umi seperti itu, abah kemudian lebih mengutamakan keinginan umi ketimbang anak-anaknya. Nggak tahu kenapa kok umi begitu, padahal dia juga sudah diangkat menjadi kepala sekolah SMA di ponpes ini,” kata Syaifullah, anak kedua dari empat bersaudara ini.

Selain itu, kata Syaiful, umi juga berubah menjadi pencemburu, terutama terhadap santriwati pondok maupun siswi MA.

Sejak perubahan sikap itu, kata Syaifullah, abahnya keluar dari pondok dan tinggal di rumah yang berada satu kompleks dengan ruang atau gedung sekolah SMA Assulthoniyah. “Pindahnya itu juga atas kemauan abah sendiri, bukan diusir anak-anaknya. Walaupun ada ketidakcocokan dengan umi, kami tidak memusuhi abah dan umi,” kata Syaifullah.

Disuruh Pindah Sekolah

Ditemui terpisah, KH Nur Hasan mengatakan persoalan ini dipicu ulah anak ketiganya, Ustadah Nur Fadillah. Ia menceritakan bahwa Rabu (20/10) sekitar pukul 10.00 WIB, ada dua siswa istrinya mengeluh dan menangis. Kepada KH Nur Hasan dan Ustadah Siti Aisyah, dua muridnya itu mengaku disuruh oleh Ustadah Nur Fadillah agar berhenti sekolah di SMA yang dikepalai Ustadah Siti Aisyah dan diajak masuk sekolah di MA.

Mendengar pengaduan tersebut, KH Nur Hasan marah kemudian dengan pentungan kayu mendatangi pondok yang dikelola Nur Fadillah di utara rumah KH Nur Hasan. Ia kemudian mengumpulkan seluruh santriwati dan mengusir mereka.

“Saya sudah tidak sabar. Masak santri saya disuruh berhenti dan diajak pindah ke sekolahnya. Selain itu saya juga diusir dari rumah utara. Itu milik siapa, kan milik saya,” ujar KH Nur Hasan emosional.

KH Nur menegaskan akan mengusirnya lagi apabila ia melihat santriwati Ustadah Nur Fadillah kembali ke pondok. “Kalau kembali, akan saya usir lagi. Itu kan pondok saya,” tegasnya.

Sedangkan Syaifullah Islam mengatakan akan menyelesaikan permasalahan ini dengan seluruh keluarga, Ia juga berjanji akan menjemput para santriwati yang telanjur meninggalkan pondok. Hingga kemarin, sebagian santri sudah kembali ke kamar masing-masing, tapi ada juga yang masih numpang di rumah warga, bahkan ada yang sudah pulang ke rumahnya.st35

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/10/21/geger-dengan-anak-kiai-usir-300-santriwati.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar