Minggu, 04 Juli 2010

Bayi Perempuan tanpa Anus

[ Minggu, 04 Juli 2010 ]
Orang Tua Tak Punya Biaya Operasi

PROBOLINGGO - Pasangan suami istri (pasutri) Hartono, 30, dan Hanifah, 18, sedang mendapat cobaan. Putri yang mereka harapkan sejak dua tahun lalu, terlahir tanpa anus. Lebih menyedihkan lagi, keluarga ini tak punya biaya untuk mengobatkannya.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, Selasa (29/6) lalu Hanifah melahirkan di RUSD Dr Moh Saloh Kota Probolinggo. Warga Desa Sumurmati, Sumberasih, Kabupaten Probolinggo itu melahirkan seorang bayi perempuan.

Sayangnya kebahagiaan atas kelahiran bayi perempuan itu tak berlangsung lama. Setelah dilahirkan sekitar pukul 13.00 dokter mengabarkan bahwa bayi tersebut terlahir tanpa anus.

Kesedihan mulai menyelimuti pasutri tersebut dan keluarganya. Terlebih, ketika dokter menyatakan bahwa harus dilakukan operasi untuk membuatkan dubur buatan. Keluarga pasutri yang menikah pada 2008 itu setuju. Namun mereka kebingungan soal biaya. "Kata dokter, biayanya sekitar Rp 20 juta," ujar Hanifah.

Pasutri yang sama-sama tidak mempunyai pekerjaan tetap itu mengaku tidak sangggup membayar biaya pengobatan putrinya. Sambil memikirkan dari mana mendapatkan uang, Hanifah dan anaknya sempat menjalani perawatan di RSUD.

Hanifa menjalani perawatan di ruang Melati, sedangkan putrinya dirawat di ruang Dahlia. Kamis (1/7) lalu Hanifah sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Namun tidak begitu dengan putri mereka.

Pihak rumah sakit masih belum memperbolehkan putri mereka dibawa pulang. Sebab masih harus menjalani perawatan. Tapi, mereka memaksa untuk membawa pulang putrinya itu. Karena memaksa, akhirnya pihak rumah sakit mengizinkan juga.

Hartono mengatakan selama masa persalinan dan menjalani perawatan di RSUD, sudah mengeluarkan duit sekitar Rp 3 juta. Untuk melunasi biaya itu saja, Hartono harus mencari utangan kesana kemari. Apalagi, harus mengeluarkan duit sebesar Rp 20 juta. "Biaya persalinannya sudah kami bayar, tapi masih utang," jelasnya.

Menurut Hartono, sebenarnya putrinya bukan tidak mempunyai dubur secara total. Ada tapi tidak normal, besarnya hanya sebesar jarum. Karena itulah, dokter menyarankan untuk dilakukan operasi demi masa depan putrinya. "Kami mau dapat dari mana uang sebanyak itu (Rp 20 juta). Perutnya juga mulai kembung dan sering nangis," ujarnya.

Hartono menjelaskan, pihak RSUD juga sudah merujuk putrinya ke Malang. Dan, sebelum dirujuk ke Malang rumah sakit hendak melakukan operasi. Yakni, dengan memasang selang pembuangan. Tapi tawaran itu juga ditolak, alasannya juga karena biaya. "Kami dimintai Rp 3,5 juta, tapi kami tidak sanggup karena tidak ada uang," ujar lelaki yang bekerja sebagai pedagang asongan itu.

Kini Hartono dan Hanifah tidak tahu lagi bagaimana nasib putri pertamanya itu bila tidak dioperasi. Padahal, mereka masih ingin melihat bayinya normal seperti manusia pada umumnya. Keduanya berharap belas kasihan dari para dermawan. Terutama dari pemerintah. "Kami sudah tidak punya apa-apa. Harapan kami ada yang membantu, karena kalau mengandalkan pekerjaan suami jelas tidak mungkin," ujar Hanifah.

Hal senada juga diakui oleh Usman, 41, kakek bayi yang belum berusia sepekan itu. Usman mengakui banyak warga yang menyarankan untuk segera dilakukan operasi terhadap cucunya. Usman mengaku semua saran itu sama dengan keinginannya. Tapi, apalah daya biaya untuk melakukan operasi itu tidak ada.

"Katanya kami harus menyediakan minimal Rp 20 juta. Dari mana mau dapat uang sebanyak itu? Untuk biaya yang di sana (persalinan) saja kami masih ngutang," ujarnya.

Kesedihan Usman dan keluarganya semakin dalam, itu ketika ada warga yang mengatakan kalau tidak cepat dioperasi sama saja dengan mengharap cucunya mati.

"Harapan saya, ya ada yang membantu cucu saya supaya bisa lekas sembuh. Terutama dari pemerintah. Kalau kami mau dapat dari mana? Keluarga sudah tidak mampu, untuk mendapatkan Rp 10 ribu saja repot. Hasil kerja kami hanya cukup untuk dimakan," keluhnya. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=168023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar