Minggu, 04 Juli 2010

Peserta Apeksi Kunjungi TWSL

[ Minggu, 04 Juli 2010 ]
Lepas Burung dan Tanam Pohon

PROBOLINGGO - Rapat Koordinasi (rakor) Komisariat Wilayah (komwil) IV Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) ke 7 di Kota Probolinggo sudah selesai. Rekomendasi dari rakor itu bakal dibawa ke Rapat Kerja Nasional (rakernas) Apeksi di Bandung 25 Juni mendatang.

Penutupan rakor Apeksi berubah dari jadwal yang ditentukan. Mestinya penutupan dilaksanakan Sabtu (3/7) malam, tapi diubah siang hari tepatnya pukul 13.30 di hall Bayuangga hotel Bromo View.

Saat penutupan sejumlah delegasi sudah banyak yang meninggalkan Kota Probolinggo. Yang terlihat hanya dari Kota Blitar, Kota Madiun, Kota Kediri, Kota Kupang, dan Kota Bima. Serta Direktur Apeksi Sarimun Hadi Saputro, Ketua Komwil IV Daniel Adoe dan Wali Kota Probolinggo Buchori.

Direktur Apeksi Sarimun Hadi Saputro menyatakan, setelah rakor akan ada rakernas di Bandung. Sarimun juga menyampaikan banyak hal kaitan dengan reformasi birokrasi, pemerintah dan pelayanan kepada masyarakat.

Menurutnya, apabila di suatu daerah terjadi aksi demonstrasi atau bentuk aksi dari masyarakat, itu tandanya masyarakat tidak terpuaskan dengan pelayanan yang diberikan oleh pemerintahnya.

"Oleh karena itu kita harus mengantisipasi, istilah lamanya itu deteksi dini untuk mengetahui apa yang diresahkan oleh masyarakat. Keresahan itu terjadi karena kebutuhan dan kepentingan mereka dihalang-halangi. Makanya kalau di daerah ada yang sering demo, bikin macet, itu bukti pemberian pelayanan belum seperti yang diharapkan oleh masyarakat," tegasnya.

Sarimun ternyata tidak hanya datang ke Kota Probolinggo untuk menghadiri Apeksi. Selama beberapa hari di Kota Probolinggo ia sering keluar malam untuk melakukan penelitian langsung kepada masyarakat. Ia mengaku bertanya langsung ke pedagang dan tukang becak mengenai kegiatan yang dilaksanakan pemkot.

"Mereka mendapat berkah dengan kegiatan satu minggu ini. Katanya dagangannya laris. Tukang becak itu sampai tahu kalau di Kota Probolinggo ini ada Apeksi. Itu adalah sesuatu yang membanggakan bagi kami karena Apeksi dikenal oleh masyarakat dan bermanfaat. Saya ini tidak memuji, tapi memang itu kenyataan yang saya temui," kata Sarimun saat memberi sambutan dalam penutupan Apeksi.

Kepada peserta Apeksi, Sarimun bilang bahwa kota-kota yang tergabung bisa saling belajar dengan program yang dimiliki oleh pemkot lain. Mana yang bisa diterapkan maka itu yang bisa diadopsi oleh daerah tersebut.

Di ujung sambutannya Direktur Apeksi mengatakan, pemerintah pusat memiliki program DAK (dana alokasi khusus) Lingkungan Hidup. Melalui program tersebut kota-kota bisa mengajukan program lingkungan hidup supaya mendapatkannya.

"Kami akan bertemu untuk membahas itu dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Keuangan dan Bappenas. Semoga anggaran DAK LH pada tahun 2011 bisa turun ke kota masing-masing," ungkapnya.

Sebelum acara penutupan pagi harinya peserta rakor menikmati agenda di lapangan. Mereka melakukan penanaman pohon, pelepasan burung, tinjau lokasi industri, berkunjung ke TWSL (Taman Wisata Studi Lingkungan) dan TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

Pohon persahabatan ditanam di sisi barat Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP). Penanaman pohon dilakukan oleh Wali Kota Probolinggo Buchori, Direktur Apeksi Sarimun Hadi Saputro, Ketua Komwil IV Daniel Adoe, peserta rakor dan muspida.

"Menanam pohon adalah sebagian dari ibadah. Acara penanaman pohon ini juga disertai pelepasan burung. Sekarang jarang ada burung berkicau, ini tandanya udara sudah tidak steril. Dengan pelepasan burung diharapkan bisa melestarikan ekosistem yang ada," ujar Buchori saat membuka acara pagi itu.

Diawali pelepasan burung secara bersama-sama dilanjut penanaman pohon. Setelah itu peserta Apeksi menuju ke pabrik PT Kutai Timber Indonesia (KTI) lalu ke TWSL. Di TWSL atau dikenal masyarakat kebun binatang mini, peserta Apeksi mendapatkan hiburan dari wali kota.

Buchori menunjukkan keberaniannya memegang ular kobra dan menenteng ular weling selama di kawasan tersebut. Ketika Buchori memegang ular weling kecil, Asisten Perekonomian Matalil dan Ketua DPRD Kota Probolinggo Sulaiman langsung berlari sekencang-kecangnya meninggalkan kerumunan.

Istri Wali Kota Kupang pun demikian. Melihat ular kobra diangkat keluar oleh pawang ular dan Buchori, ia memilih buru-buru menjauh. Ia sempat meneriaki suaminya, Daniel Adoe agar tidak terlalu dekat dengan ular tersebut.

"Saya kalau siang-siang, setiap hari kadang ke sini ya mainan dengan ular ini," kata Buchori. Puas bermain-main dengan ular, rombongan menuju ke kandang lutung, macan tutul dan beruang. Wali Kota Kupang Daniel Adoe juga sempat berfoto dengan ular sanca yang sudah jinak. Daniel juga penasaran melihat koleksi ikan di TWSL.

Kepada Radar Bromo, Daniel mengaku sangat kagum dan banyak yang bisa ia pelajari selama berada di Kota Probolinggo. "Banyak sekali ini yang kami dapat di Kota Probolinggo. Kami juga punya lahan barang kali bisa dibuat tempat semacam ini (TWSL). Mungkin bisa kami kembangkan," katanya.

Saat berkunjung di KTI, Daniel sempat terkejut karena bahan baku particle board berasal dari limbah kayu. Di Kupang limbah seperti itu sangat banyak tetapi tidak dimanfaatkan seperti perusahaan di Probolinggo. Kupang juga mengaku cukup banyak punya kayu sengon.

"Kami sudah punya tanah seluas 26 ha, siap untuk langsung dipakai. Makanya saya ingin presentasi jika ada kesempatan. Silakan berinvestasi di kota kami, soal tanah sudah kami sediakan tidak usah beli. Pengalaman kami, investor banyak yang keberatan karena tidak ada tanah. Sekarang tanah sudah ada," jelas Daniel. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=168031

Tidak ada komentar:

Posting Komentar