Senin, 25 Oktober 2010

Derita Kakak-Adik Korban Ledakan Elpiji di Kota Probolinggo

Wajah Menghitam, Operasi Tak Ada Biaya

Jumaadi dan Rohim harus menjalani perawatan di RSUD Dr Moh. Saleh, Kota Probolinggo. Kakak dan adik warga Jalan KH Hasan Genggong, Wonoasih, itu mengalami luka serius karena ledakan elpiji. FAMY DECTA M., Probolinggo

PANAS... panas.... aduh...,’’ keluh Jumaadi sambil berbaring tak berdaya di bed kelas III ruang Bougenvile RSUD Dr Moh. Saleh.

Di depannya, si adik Rohim duduk di bed menempel tembok. Liana Hasyim, ibu Jumaadi dan Rohim, sibuk mengipas-ngipasi tubuh Jumaadi yang terkena luka bakar serius.

Jumaadi, 29, mengalami luka serius ketimbang adiknya. Wajah Jumaadi berwarna hitam dan melepuh.

Tubuh bagian dada, tangan, dan sedikit kaki terluka kena ledakan elpiji pada Kamis siang lalu tersebut. Sedangkan luka Rohim tidak separah Jumaadi. Muka Rohim pun menghitam alias gosong. Rambutnya masih kaku dan terbakar. Pemuda berusia 19 tahun itu masih bisa berbicara meski agak bergumam.

’Besok (hari ini) katanya disuruh operasi wajah (Jumaadi). Biaya lagi, kami dapat uang dari mana,’ tutur Eva Nurdiana, istri Jumaadi yang menemani suaminya di rumah sakit. Eva dan keluarga suaminya kebingungan soal biaya rumah sakit.

Biaya berobat Jumaadi dan Rohim selama penanganan di UGD (unit gawat darurat) belum terlunasi.

Paramedis menyarankan keluarga membeli kelambu untuk kedua pasien tersebut. Tujuannya, kelambu itu supaya luka Jumaadi dan Rohim tidak dihinggapi lalat.

Bila sampai itu terjadi, luka tersebut bisa membusuk. Karena biaya terbatas, keluarga baru beli sekelambu.

Mestinya, pembelian kelambu tidak perlu terjadi bila kedua pasien itu pindah ke kelas lebih bagus. Sebab, di ruangan itu tidak terdapat banyak pasien. ’Maunya kakak ini pindah saja. Tapi mau bagaimana lagi, biayanya tidak ada,’ ujar Musdhalifa, adik Jumaadi.

Musdhalifa dan Eva menceritakan, sejak setahun lalu Jumaadi berjualan elpiji ukuran 3 kg dan 12 kg di rumahnya di lingkungan RT 5/RW 1, Kelurahan Sumbertaman, Kecamatan Wonoasih.

Sejak memutuskan berdagang elpiji, sisi rumah paling barat dijadikan tempat menyimpan elpiji sekaligus toko.

Di situlah Jumaadi menyimpan elpiji kosong maupun yang ada isinya. Kamis siang (21/10) pukul 14.00 Jumaadi mencium bau elpiji bocor di sekitar rumahnya.

Pada saat bersamaan, ternyata Rohim sedang merebus air di dapur. Waktu itu Jumaadi belum menemukan tabung mana yang bocor. Tapi, ledakan keburu terjadi. Jumaadi terlempar hingga pintu tokonya ambrol.

Sedangkan Rohim yang baru saja mematikan kompor tiba-tiba dikejar api. Dia lari, tapi tetap tak lolos dari api.

Rohim yang saat itu berpakaian utuh menjadi telanjang. Pakaiannya habis terbakar dan hanya tersisa celana dalamnya. Dalam keadaan terbakar, Rohim masih bisa menyiramkan air ke sekujur tubuhnya.

Sedangkan Jumaadi hanya bisa gulung-gulung di pelataran rumah. ’Adik saya itu kena flu, Hidungnya punya polip. Jadi ndak bau kalau ada elpiji bocor,’’ kata Musdhalifah, saat kejadian sedang berada di rumah mertuanya.

”Kami benar-benar berharap ada bantuan dari dermawan, pemerintah atau Pertamina. Karena kami sungguh tidak memiliki biaya lagi,” ucap Eva dengan nada lirih diamini Musdhalifa dan mertuanya. (yud/bh)

sumber: http://www.jpnn.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar