Minggu, 20 Juni 2010

Tentang Relawan US Peace Corps yang Mengajar di SMA 1 Atap Maron (2-habis)

[ Minggu, 20 Juni 2010 ]
Mulai Suka Perkedel dan Dadar Jagung

Selain Giovanna Bocanegra, ada satu relawan lagi dari US Peace Corps yang bakal menjadi guru bahasa Inggris native speaker di SMA Kabupaten Probolinggo mulai tahun pelajaran baru Juli nanti. Ia adalah Sarah Sheffield yang bakal mengajar di SMA 1 Atap Maron.

MUHAMMAD FAHMI, Probolinggo

---

Sama halnya dengan Giovanna Bocanegra, meski baru mengajar Juli nanti, saat ini Sarah Sheffield sudah ada di Kabupaten Probolinggo. Sudah dua minggu ini perempuan 23 tahun itu mulai membiasakan diri dengan tempat barunya di Maron, Kabupaten Probolinggo.

Wanita yang akrab disapa Sarah itu juga selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke sekolah tempatnya mengajar setiap harinya. Dalam kurun waktu dua minggu di Maron, baru kemarin (19/6) ia absen datang ke sekolahan.

"Kebetulan hari ini sekolah sudah tidak ada kegiatan. Anak-anak sudah ujian. Tadi Sarah kebetulan tidak ke sini. Karena katanya besok (hari ini) mau ke Bromo. Jadi mungkin sekarang ia berkemas. Biasanya ia selalu ke sini," kata salah seorang guru.

Guru lelaki itu lantas memberikan alamat tempat indekos Sarah kepada Radar Bromo. Tempat kos Sarah ini jaraknya tak begitu jauh dari SMA 1 atap Maron. Mungkin sekitar 2 kilometer.

Persisnya tempat kos Sarah terletak 20 meter timur pertigaan Maron. Rumah indekos yang berlokasi di pingir jalan desa itu nampak sederhana. Dari luar nampak seperti rumah biasa.

Rokayah, si pemilik rumah tempat Sarah saat ditemui Radar Bromo awalnya mengira Sarah tidak ada di rumahnya. "Tadi pagi-pagi sekali ia (Sarah) sudah keluar, kelihatannya belum datang," katanya.

Namun buru-buru wanita kemarin yang mengenakan daster berwarna hijau ini langsung menarik ucapannya. "Eh, ternyata ada Mas. Ini ada sepedanya, mungkin barusan saja datang," timpalnya sambil tangan kanannya menunjuk sebuah sepeda onthel warna putih yang terpakir di sebuah garasi kos.

Tak berselang lama, Sarah pun muncul. Saat itu peluh keringat masih menghiasi keningnya. "Maaf, saya baru datang," katanya dengan Bahasa Indonesia yang masih terbata-bata.

Dalam kehidupan sehari-harinya Sarah memang masih menggunakan bahasa campuran Indonesia-Inggris. Sesekali ia menggunakan bahasa Indonesia, tetapi kebanyakan masih menggunakan bahasa Inggris.

Sarah sempat belajar bahasa Indonesia karena sudah ada di Indonesia sejak tiga bulan lalu. Ia bersama Giovanna sempat belajar bahasa Indonesia di Unmuh Malang selama tiga bulan. "Saya terus belajar bahasa Indonesia. Dari guru-guru yang ngajar di SMA dan dari orang-orang," terangnya.

Pagi itu Sarah mengaku habis berkeliling desa menggunakan sepeda onthelnya. "Indonenesia-Probolinggo is very beautiful," katanya dengan penuh semangat. Ia mengaku sangat menikmati pemandangan di Maron selama ia berkeliling dengan menggunakan sepeda onthelnya.

Ya, Sarah memang sama seperti Giovanna. Setiap harinya, sepeda onthel memang menjadi alat transportasi jarak pendeknya bila ia bepergian. Sarah mengaku enggan naik motor lantaran motor menyumbang polusi udara yang cukup besar. "Kami (anggota US Peace Corps) dilarang naik motor," jelas perempuan lulusan Gonzaga University International Studies.

Sarah merupakan relawan dari lembaga US Peace Corps. Ini sebuah lembaga swadaya masyarakat di Amerika Serikat yang bergerak di bidang sosial pendidikan. Lembaga ini mempunyai program bantuan pembelajaran untuk bahasa Inggris kepada beberapa negara di belahan dunia.

Relawannya tidak hanya dikirim ke Indonesia saja. Kebetulan di Jawa Timur sendiri ada 19 relawan dari US Peace yang juga membantu beberapa SMA dalam mengajari bahasa Iggris kepada murid-muridnya. Sementara di Kabupaten Probolinggo ada dua orang relawan. Yakni Sarah dan Giovanna.

Rencananya mereka bakal mengajar bahasa Inggris di dua SMA itu selama 2 tahun. Mereka mulai mengajar pada tahun ajaran baru Juli nanti. Nah, Lawatan Sarah ke Probolinggo kali ini merupakan pengalaman pertamanya berkunjung ke Indonesia.

Sebelum datang ke Indonesia, Sarah sempat mendengar beberapa berita soal aksi teror bom yang sempat terjadi di Indonesia. Meskipun begitu, Sarah mengaku tidak takut. "Tidak ada alasan untuk takut," bebernya. Sarah mengaku cukup penasaran dengan Indonesia.

Nah, rasa penasarannya akan Indonesia hilang ketika ia sudah datang ke Indonesia. "Orang di sini ramah-ramah. Semuanya baik," jelasnya. Dalam hal cuaca, Sarah mengaku kondisi Probolinggo tak jauh berbeda dengan daerah asalnya di Hawaii, Amerika. Yakni sama-sama panasnya. "Jadi, no problem," katanya.

Kondisi Maron yang jauh dari pusat kota, dianggapnya juga sama seperti dengan kondisi di kampung halamannya. "I'm from small village (saya berasal dari sebuah desa kecil," ujarnya. "Jadi sama saja," timpalnya.

Yang sedikit berbeda menurutnya adalah tentang pasar tradisionalnya. Sarah menilai pasar tradisional di Indonesia cukup unik. "Ada bergainning (tawar-menawarnya) nya sebelum membeli. Di Amerika tidak ada, pasar tradisional di Amerika itu seperti minimarket," jelasnya.

Hal lain yang paling ia sukai di Probolinggo adalah soal menu makanan khas Indonesia yang ia temui di Probolinggo. Sarah mengaku sudah mempunyai beberapa menu favorit yang tidak ia temui di Amerika. "Saya suka perkedel kentang, ikan laut, tempe, dadar jagung, dan minumnya jus apukat," jelasnya.
Rata Penuh
Sementara itu Kabid Pendidikan Menengah Dispendik (Dinas Pendidikan) Kabupaten Probolinggo Suwari berharap kedatangan kedua relawan asal Amerika itu bisa semakin meningkatkan kualitas pendidikan di Probolinggo. (nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=165407

1 komentar:

  1. aku jadi terharu membaca ini, miss Sarah adalah guruku di SMA Maron, aku begitu merindukannya, ada lagi nggak gan postingan tentang relawan pece corp, balas ya

    BalasHapus