Minggu, 09 Mei 2010

Sekolah-Sekolah Perlu Introspeksi

[ Minggu, 09 Mei 2010 ]
PROBOLINGGO - Banyaknya murid -termasuk dari SMP negeri- di Kota Probolinggo yang tak lulus ujian nasional (unas) utama, mengundang keprihatinan. Salah satunya dari Ketua Dewan Pendidikan Kota Probolinggo Wawan E. Kuswandoro.

Wawan menyatakan, setelah unas digelar dan diketahui hasilnya, minimal ada dua tugas yang harus dilakukan para pengelola dan pelaksana pendidikan. Terlebih, apabila banyak sekolah belum berhasil meluluskan anak didiknya.

Menurutnya, adanya ujian maka lulus atau tidak menjadi sesuatu yang wajar. Tapi, yang perlu diperhatikan adalah penyebab ketidaklulusan itu sendiri. "Penyebabnya harus dicari, kenapa sampai banyak (siswa) yang tidak lulus," ujarnya.

Selain mencari penyebabnya, menurut Wawan, pihak sekolah harus melakukan introspeksi diri. Harus melakukan evaluasi menyeluruh. Baik bagi sekolah negeri maupun sekolah swasta. "Ini, karena unas sudah terlanjur dijadikan (salah satu) alat ukur kelulusan," ujarnya.

Tapi, unas bukanlah satu-satunya alat ukur maju tidaknya sebuah penididikan. Dan, tidak bisa dijadikan indikator keberhasilan pendidikan. "Unas hanya sebagian kecil dari keberhasilan pendidikan," ujarnya.

Diberitakan Radar Bromo sebelumnya, jumlah siswa SMP yang tidak lulus dalam unas utama di Kota Probolinggo banyak disumbang dari SMP negeri. SMPN 8, SMPN 6, SMPN 3 adalah tiga sekolah yang menyumbang angka ketidaklulusan cukup tinggi.

Tidak hanya itu, siswa negeri dari tingkat SMP juga kalah bersaing dengan siswa swasta. Untuk nilai tertinggi, diraih oleh dua siswa dari sekolah swasta. Baru pada urutan ketiga diraih oleh siswa negeri.

Wawan menyatakan, letak geografis suatu sekolah tidak ada kaitannya dengan prestasi siswa. Menurutnya, semua itu tergantung bagaimana pengelolanya dalam memaksimalkan perannya. Sehingga siswa dengan mudah menyerap pelajaran yang disampaikan oleh para gurunya.

"Sama, sekolah manapun harus introspeski. Masalah tempat tidak ada bedanya. Tergantung bagaimana mengelolanya. Seperti materi ajar dan cara penyampaian guru terhadap muridnya," ujar mantan anggota KPU ini.

Menurut Wawan, ada banyak faktor kenapa siswa bisa gagal dalam unas. Di antaranya, bisa saja siswa tersebut tidak menguasai materi yang diunaskan, bisa juga tidak mamahami bahasa dalam naskah soal yang disajikan. "Bukan hanya bahasa Inggris, bahasa Indonesia juga. Siswa bisa saja tidak memahami maksudnya," jelasnya.

Selain itu, para siswa juga bisa saja grogi pada saat mengerjakan soal unas. Serta, bisa materi pelajarannya masih belum pernah diberikan atau tidak nyampek. "Bisa juga technical error. Pokoknya banyak faktor," jelas Wawan.

Menurutnya, siswa yang tidak lulus unas itu bukan berarti siswa yang bodoh. Tapi, kalau sampai tidak lulus unas, itu adalah masalah. "Karena itu, jangan mendewakan unas. Jangan memposisikan unas menjadi sangat sakti," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=157427

Tidak ada komentar:

Posting Komentar