Minggu, 16 Mei 2010

Giliran Probolinggo Terendam Banjir

[ Minggu, 16 Mei 2010 ]
PROBOLINGGO-Setelah Pasuruan, kemarin (15/5) giliran Kota Probolinggo terserang banjir. Akibat hujan turun sejak Sabtu dini hari, sekitar 75 persen wilayah pemukiman di wilayah Kota Probolinggo terendam air. Sedikitnya 1.030 rumah warga tergenang air hingga sore kemarin.

Berdasar pengamatan Radar Bromo di lapangan, luapan banjir ke rumah-rumah itu sudah menyibukkan warga sejak subuh. Salah satunya terlihat di Jl Supriyadi dan asrama polisi Umbulan yang kerap jadi langganan banjir ketika air sungai meluap.

Bukan hanya itu, lalu lintas menuju tengah kota juga sempat terganggu lantaran Jl Soekarno Hatta (depan SMAN 1 hingga kantor Badan Pertanahan Nasional) juga terkena banjir. Akibarnya, arus lalu lintas dialihkan ke jalan lingkar utara (JLU) dan Jl Brantas tembus belakang pabrik Eratex.

Padahal di JLU yang tembus dengan Jl Flamboyan juga terjadi banjir. Kendala itu membuat kendaraan yang melintas di JLU harus berhati-hati karena banyak jalan berlubang.

Dari informasi yang diterima koran ini, Jl KH Mansyur juga menjadi sasaran banjir. Tempat rias pengantin Citra Ayu juga kebanjiran sampai selutut orang dewasa. Alhasil sejumlah kebaya dan pakaian yang berada di lemari kaca terendam air."Masuk sedengkul. Awalnya itu dengar orang-orang teriak banjir sekitar jam setengah tiga-an, akhirnya yo menyelamatkan apa yang bisa diselamatkan. Padahal selama aku hidup di Probolinggo ga ada namanya banjir kayak gini lho. Sebagian pakaian ada yang kena dan langsung dicuci," keluh Ira pemilik tempat rias yang juga guru SMKN 3 itu.

Kawasan pemukiman Jl Panglima Sudirman (tembusan KH Ahmad Dahlan) juga diserang banjir. Sebuah usaha konveksi harus merelakan semua bahan kainnya terendam air. "Gara-gara hujan semalaman ini. Pesanan kaos yang sudah saya potong dan siap jahit basah semua. Padahal itu kan pesanan orang-orang," ujar Suswati pemilik konveksi.

Suswati juga mengaku keheranan karena tidak biasanya tempat konveksinya bisa kebanjiran seperti itu. Biasanya jalan banjir tapi tidak sampai di rumah. Tetapi yang terjadi air masuk rumah hingga setinggi lutut. "Kerugian (kain) masuk sampai Rp 25 jutaan. Kalau sudah begini bagaimana kainnya, harus pesan lagi. Jemur ya terlalu lama, dan apa bisa?" keluhnya.

Kampung Dok Mayangan juga mengalami hal yang sama. Pemukiman yang diapit oleh pabrik itu tenggelam oleh banjir dengan kedalaman 1 meter. Kondisi serupa juga dialami oleh warga RW 3 di Jl Flamboyan (armada). Beberapa rumah dilaporkan rusak dan petani ikan harus merugi.

"Kedalaman air lebih satu meter. Sehingga bibit petani itu hanyut kena banjir. Dari 75 persen wilayah yang kena banjir ada yang cepat surut ada ada yang lambat karena menunggu air laut surut," ujar Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kota Probolinggo Bambang Sulistiyono.

Selain melanda rumah-rumah warga banjir juga menerjang fasilitas-fasilitas umum seperti sekolah dan rumah sakit. Di antaranya SMAN 1, MAN 2 dan RSUD Dr Moh Saleh juga kena.

Hampir semua ruangan di RSUD tergenang air. Di antaranya, ruang Bougenvile, ruang Mawar, ruang Melati dan beberapa ruang lainhya. Bahkan, tak ketinggalan ruang direktur juga sempat tergenang air.

"Waduh, Mas. Akibat hujan tak henti-henti, saya harus kerja mulai jam 03.00," ujar salah seorang petugas kebersihan di RSUD yang saat itu sedang membersihkan sisa-sisa akibat banjir.

Bambang menuturkan, sejak Sabtu pukul 01.30 BPBD sudah bersiaga di sungai Kedunggaleng, Kecamatan Wonoasih. Karena yang diduga bakal terjadi banjir adalah di sungai tersebut. Tetapi, banjir justru terjadi di tengah kota.

Hasil koordinasi Bambang dengan mantan BMKG Edi Waluyo, banjir terjadi karena hujan deras yang terjadi selama tiga jam berturut-turut sejak sore kemudian disambung malam hari. Hujan tersebut berpotensi banjir diiringi angin kencang dan guntur.

Ditanya soal penyebab banjir yang terjadi kali Umbulan (sungai di timur Eratex), Bambang menjelaskan, terjadinya hujan selama tiga jam berturut-turut dengan curah hujan tinggi berpotensi banjir. Ditambah lagi kondisi jembatan di Jl Soekarno Hatta (depan taman manula) terhalang berbagai jenis pipa. Kali umbulan itu sempalan Kedunggaleng dan aliran dari Gladakserang.

Keberadaan pipa itu menghambat jalannya air yang ditambah dengan tumpukan sampah yang nyangkut di antara pipa-pipa tersebut. Ditambah lagi pasangnya air laut yang tak kunjung surut. Normalnya air laut 130 cm, siang kemarin masih 170 cm.

Bambang mengaku banyak mendapatkan laporan dari masyarakat, mereka meminta agar BPBD segera menyedot genangan air yang ada di sana. Kendalanya, BPBD yang baru dibentuk pada Januari 2010 itu belum punya peralatan seperti alat penyedot.

Namun BPBD bersama tagana, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Perhubungan, Dinas Sosial, Pramuka dan PMI berkoordinasi menangani bencana banjir tersebut. Wawali Bandyk Soetrisno yang sempat turun langsung ke lapangan juga memerintahkan PMK menyemprot jalanan yang dipenuhi lumpur dan tanah akibat terbawa banjir.

Bukan hanya di wilayah kota, banjir kemarin juga melanda sejumlah daerah di Kabupaten Probolinggo. Lokasi banjir yang paling parah adalah Kecamatan Dringu. Tepatnya di Desa Kalirejo, Kali Salam, Tamansari, Dringu, dan Pabean.

Berdasarkan data sementara dari Kominfo Pemkab Probolinggo, setidaknya di Desa Pabean ada 78 rumah dan 24 hektar sawah terendam. Di Desa Dringu ada 38 hektar sawah tergenang. Kali Salam ada 82 rumah tergenang, Desa Kalirejo ada 196 rumah dan sawah 4 hektar. Sementara di Desa Tamansari hanya 4 hektar sawah yang tergenang.

Dari informasi yang diperoleh di lapangan, banjir yang menimpa desa-desa itu mulai menerjang Sabtu (15/5) dini hari. Sejak itu warga tidak bisa tidur tenang. Mereka juga mulai memindah barang-brangnya ke tempat yang lebih tinggi.

Ketinggian air pun beragam, ada yang hanya 20 cm ada juga yang sampai 1 meter lebih. "Airnya sampai masuk ke dapur, tingginya sekitar 20 sentimeter," ujar Agus warga Desa Tamansari.

Karena itulah, Agus mengaku kerepotan untuk memasak. Pasalnya, dia masih menggunakan kayu bakar untuk menanak nasi. "Karena tidak bisa nanak, ya untuk sementara beli," jelasnya.

Banjir itu, tak hanya masuk ke dalam dapur atau rumah warga. Bahkan ada yang sampai dapurnya runtuh diterjang air. Maklum, dapur itu berada persis di atas sungai. Jarangnya sekitar 2 meter. "Biasanya, tidak sampai besar seperti itu," jelas Bagong seorang warga Blok Blokkon Desa Tamansari Dringu, yang dapurnya ambrol.

Hal yang lebih parah juga terjadi di Dusun Bengkingan Desa Kalirejo. Di dusun ini, dikatakan air sempat mencapai ketinggian 1 meter lebih. Tapi, itu tidak berlangsung lama. Sekira pukul, 06.00 air sudah mulai surut dan tinggal setinggi setengah betis orang dewasa. "Kalau tadi, jam 03.00 sampean ke sini, airnya masih tinggi. Sampai segini," kata Suhriyah, warga setempat sambil menunjuk dadanya.

Sementara, Kabag Kominfo Sentot Dwi H, menyatakan dengan adanya banjir itu warganya langsung mengambil langkah cepat. Yakni, dengan membersihkan rumah masing-masing yang tergenang air. "Warga sudah langsung membersihkan sendiri. Itu juga untuk mencegah timbulnya penyakit," ujarnya.

Banjir tidak hanya masuk ke dalam rumah-rumah warga. Tapi, juga menggenangi jalan hingga membuat memaksa kendaraan harus berjalan merambat. Genangan air di jalan, terparah terjadi di jalan raya Dringu.

Beberapa personel dari Satlantas Polres Kabupaten pun turun mengatur lalu lintas. Meski tidak sampai terjadi kemacetan, tapi akibat tingginya air banyak juga kendaraan yang mesinnya ngadat.

"Alhamdulillah tidak sampai macet dan korban jiwa. Hnaya saja jalannya harus hati-hati dan jalannya merambat," ujar Kanit Laka Ipda Istono saat ditemui, di sela-sela kesibukannya mengatur lalu lintas. (rud/fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=158664

Tidak ada komentar:

Posting Komentar