Kamis, 04 November 2010

Panen Tembakau Tuntas, Rugi Rp 14 M
Kamis, 4 Nopember 2010 | 10:16 WIB

PROBOLINGGO - Akibat kemarau diselingi hujan (kemarau basah), sebagian petani tembakau jenis Paiton Voor Oogst (Paiton VO) di Kab Probolinggo rugi besar tahun ini. ’’Kalau dihitung-hitung, dari luas areal tembakau 11.465 hektare di Kab Probolinggo, petani merugi sekitar Rp 25 miliar,” ujar Wakil Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kab Probolinggo H Muzammil, Rabu (3/10).

Sejak pertengahan Oktober lalu, kata Muzammil, panen tembakau sudah habis. Lima gudang pembelian milik pabrik rokok juga sudah tutup sekitar dua minggu lalu. ’’Kalaupun ada tembakau yang tersisa ya dirajang untuk dijual di pasar lokal,” ujarnya.

Muzammil mencontohkan dirinya tahun ini menanam tembakau sekitar 4 hektare. Lahan seluas itu dikerjakan dengan sistem bagi hasil dengan petani penggarap. Dia mengeluarkan biaya pembelian benih tembakau, pupuk, dan obat-obatan. ’’Setiap hektare, saya keluar biaya Rp 3,5 juta. Biaya garap tanah dan perawatan ditanggung petani penggarap,” ujarnya.

Setelah panen 4 hektare lahan tembakaunya, Muzammil hanya mengantongi Rp 6 juta. “Bandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dengan lahan yang sama saya bisa mengantongi Rp 50 juta-Rp60 juta,” ujarnya.

Kondisi jeblok ini tidak hanya dialami Muzammil, tetapi juga ribuan petani tembakau di Kab Probolinggo. “Saya kasihan dengan petani kecil yang modalnya utang,” ujarnya.

Disinggung soal penyebab rusaknya tembakau di Probolinggo, Muzammil menyebut dipicu faktor cuaca. “Musim kemarau diwarnai hujan menjadi penyebab rusaknya tembakau. Tetapi saya tidak menghujat Allah, yang menurunka hujan. Mudah-mudahan tahun depan diganti dengan panen lebih baik,” ujar Ketua Badan Amil Zakat (BAZ) Kab Probolinggo itu.

Guyuran hujan, kata Muzammil, mengakibatkan tembakau rajangan yang dijemur mengitam warnanya. “Kalau warna tembakau menghitam atau tambelik harganya jatuh menjadi Rp 8.000 per kilogram. Padahal jika penjemuran tembakau sempurna, harganya Rp 30 ribu-Rp 32 ribu,” ujarnya.

Selisih harga tembakau rajangan berkualitas dengan tembakau tambelik inilah yang kemudian dihitung pihak APTI. “Akhirnya ditemukan, setiap hari ada kerugian sekitar Rp 1,4 miliar,” ujarnya.

Disinggung apakah petani masih bergairah menanam tembakau lagi pada masa tanam (MT) 2011, Muzammil memperkirakan, lahan tembakau bakal menyempit. “Bisa-bisa yang sekarang gagal panen, pada masa tanam yang dimulai Juni-Juli 2011 nanti mereka kapok menanam tembakau,” ujarnya.

Diakui pada MT 2010 ini areal tembakau membengkak. “Soalnya pada 2009 lalu panen tembakau menggembirakan, sehingga petani berlomba-lomba memperluas areal,” ujar Muzammil. Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Kab Probolinggo menargetkan 7.923 Ha areal tembakau. Kenyataannya di lapangan, petani menanam tembakau hingga 11.465 Ha.

Muzammil menyarankan, petani yang ragu menanam tembakau karena dihantui musim yang tidak menentu, sebaiknya mencari tanaman pengganti. “Lahan tembakau kan bisa ditanami palawija,” ujarnya.

Disinggung tawaran PT Kertas Leces (PT KL) yang hendak membuka areal perkebunan tebu sekitar 30.000 Ha terkait rencana pabrik kertas itu membangun pabrik gula, Muzammil mengatakan, agak sulit mengganti tembakau dengan tebu. ’’Tebu baru bisa dipanen umur 18 bulan atau kalau tebu keprasan 12 bulan, sementara tembakau 3 bulan sudah panen,” ujarnya. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=569fc4df8df46dd5a0a20356d4a4cf9d&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar