Kamis, 04 November 2010

Adig: Tak Mudah Lakukan Penggabungan 7 Pabrik Gula

Kamis, 4 Nopember 2010 | 11:03 WIB

SURABAYA - Sekretaris Perusahaan PTPN XI Adig Suwandi di Surabaya, Rabu (3/11), menjelaskan, pihaknya tengah mengkaji rencana penggabungan atau amalgamasi 7 pabrik gula (PG) yang akan ditutup. Dari hasil kajian itu akan diketahui kebutuhan tebu ideal untuk memenuhi kapasitas giling bagi PG tersebut.

"Tidak mudah melakukan amalgamasi PG. Selain pertimbangan ekonomis dan finansial, dampak sosialnya juga perlu diperhatikan, termasuk penyaluran tenaga kerja dan komunitas lokal yang selama ini menggantungkan hidupnya dari PG," katanya.

Adig Suwandi menjelaskan, PTPN XI berharap ada dukungan lahan dari pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat sekitar PG, kalau ingin 7 PG itu dipertahankan operasionalnya. Dalam pertemuan koordinasi yang dihadiri Gubernur Soekarwo, Wakil Gubernur Saifullah Yusuf, serta jajaran manajemen PTPN X dan XI, kata Adig, telah ditegaskan untuk segera membentuk tim teknis yang antara lain bertugas menyusun strategi revitalisasi PG di Jatim.

"Setelah rampung, konsepnya akan dibahas bersama para bupati dan walikota yang di daerahnya terdapat PG, khususnya dalam penyediaan lahan budidaya tebu," terang Adig. “Nantinya diharapkan semua tebu untuk bahan baku giling sebuah pabrik gula berasal dari wilayah sekitarnya, bukan dari tempat yang jauh dengan konsekuensi ongkos transportasi mahal,” lanjutnya.

Adig mencontohkan 3 PG di Kabupaten Probolinggo, yakni Wonolangan, Gending, dan Padjarakan, yang total berkapasitas 3.700 ton tebu per hari, kebutuhan tebunya mencapai 555 ribu ton, sementara yang bisa dipenuhi dari potensi lokal hanya 140 ribu ton. Kekurangan bahan baku tebu diambil dari wilayah Kabupaten Lumajang yang surplus.

Secara finansial, lanjut Adig, sebenarnya masih lebih menguntungkan memanfaatkan semua tebu Lumajang dengan meningkatkan kapasitas PG Djatiroto yang ada di wilayah itu, dari 5.500 menjadi 10.000 atau bahkan 12.000 ton tebu per hari.

Kondisi serupa terjadi pada 3 PG di Kabupaten Situbondo, yakni Wringinanom, Olean, dan Pandjie, yang memiliki total kapasitas produksi 4.500 ton tebu per hari. "Kebutuhan ideal tebu untuk 3 PG itu sekitar 675 ribu ton, tetapi kemampuan pasokan tebu lokal hanya 110 ribu ton. Lima PG di kawasan Madiun dan sekitarnya juga mengalami nasib serupa," papar Adig. ant

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=5929b09ff0e1466b877ef60483627055&jenis=e4da3b7fbbce2345d7772b0674a318d5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar