Rabu, 11 Agustus 2010

Ketoprak Cilik Sekar Tanjung di SDN Randuputih II Dringu Probolinggo

[ Rabu, 11 Agustus 2010 ]
Kepercayaan Diri Meningkat, Senang Dapat Saweran

SDN Randuputih II di Diringu Kabupaten Probolinggo punya materi tambahan menarik untuk pelajaran kesenian daerah. Para muridnya diajak berkesenian ketoprak. Jadilah kelompok ketoprak cilik berjuluk Sekar Tanjung. Anggotanya terus bertambah, undangan manggung pun berdatangan.

MUHAMMAD FAHMI, Probolinggo

"SENGKOK seneng sekolah neng Jakarta. Setiya kelas enem. Tapeh ibuk ngocak, sengkok tak olle mole, saelun ngibeh sripikat (sertifikat)" kata Khatam, salah satu tokoh dalam ketoprak cilik Sekar Tanjung. Kalimat dalam bahasa Madura yang diungkapkan Khatam itu kurang lebih berarti begini: Saya senang sekolah di Jakarta. Sekarang sudah kelas enam. Tapi ibu bilang, saya tidak boleh pulang sebelum membawa sertifikat (ijazah).

Khatam yang sejak kecil disekolahkan orang tuanya di Jakarta bertekad harus pulang dengan memenuhi keinginan kedua orang tuanya. Kebetulan sebelum ia berangkat sekolah di Jakarta dulu, ibunya berpesan agar Khatam harus pulang membawa "sripikat".

Yang dimaksud "sripikat" itu sebenarnya adalah sertifikat atau ijazah. Maklum saja, kedua orang tua Khatam tidak pernah sekolah. Jadi mereka tidak mengetahui bagaimana mengeja sertifikat yang benar. Kesalahan itu membuat Khatam ikut jadi bingung. Usai lulus sekolah, ia ke sana-sini mencari sripikat.

Ia akhirnya memang menemukan Sripikat. Tapi, Sripikat yang ini adalah seorang gadis asli Madura yang dipondokkan orang tuanya di Jakarta. Sama halnya dengan Khatam, Sripikat juga dititipi pesan ibunya untuk tidak pulang sebelum khatam (Alquran). Cuma Sripikat salah paham juga. Ia kira Khatam adalah sejenis benda. Karena itu ia ke sana-sini mencari Khatam.

Di tangah saling bingung, Khatam dan Sripikat bertemu. Setelah berkenalan, dua bocah itu sama senang karena merasa menemukan apa yang dicari selama ini. Mereka merasa menemukan apa yang dipesankan oleh masing-masing orang tuanya. Keduanya pun pulang kampung.

Begitulah salah satu cuplikan penampilan ketoprak cilik Sekar Tanjung saat manggung di kantor Kecamatan Dringu Jumat (6/8) lalu dalam rangka memperingati hari kemerdekaan RI. "Ini adalah pesan moral. Betapa pentingnya pendidikan, sehingga tidak sampai terjadi kesalahan komunikasi," ujar Sujoko, Kepala Sekolah SDN Randuputih II sekaligus penanggung jawab sanggar Sekar Tanjung.

Ya, Sanggar Sekar Tanjung merupakan sanggar yang dikembangkan SDN Randuputih II sejak awal tahun ini. Sekarang, sanggar ketoprak cilik tersebut cukup kondang di Dringu dan sekitarnya. Mereka sering diundang untuk tampil di acara-acara hajatan warga setempat. Apalagi kelompok ini sengaja menggunakan bahasa Madura setiap kali tampil.

Sujoko mengaku tidak pernah berpikir sebelumnya kalau grup ketoprak ciliknya itu bakal diterima masyarakat. Sampai masyarakat memberikan uang saku untuk tiap kali penampilan mereka.

Menurut Sujoko, awal mula berdirinya sanggar kesenian tersebut dikarenakan SDN Randuputih kondisinya memprihatinkan. "Saat awal pertama kali saya pindah di SDN Randuputih ini, siswanya sangat minim," katanya.

Maklum saja, letak SDN Randuputih II berada tak jauh dari bibir pantai desa Randuputih. Itu membuat sekolah tersebut sering kebanjiran bila air sedang pasang. Selain itu hampir setiap hari bau amis ikan menjadi aroma wajib ruangan kelas.

Hal itu berdampak pada atensi warga setempat yang sangat minim menyekolahkan anaknya ke sekolah tersebut. Warga lebih memilih menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah lain walau jauh.

Hal itu membuat Sujoko yang sebelumnya menjadi kepala SDN Tamansari III galau. "Menurut saya, untuk SDN itu kuantitas sangat mempengaruhi kualitas. Karena jumlah murid itu juga bergantung dari alokasi dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah)," jelas Sujoko.

Diketahui, saat ini SD sendiri bergantung hanya dari dana BOS untuk operasional sekolah. Karena itu, Sujoko yang di SDN Tamansari III juga sempat menghidupkan pembelajaran kegiatan kesenian daerah, berniat untuk merintis mendirikan sanggar ketoprak untuk menarik minat siswa baru.

"Sejak awal tahun, kami mulai mengenalkan kesenian daerah. Salah satunya ketoprak yang menggunakan bahasa Madura itu. Kebetulan, anak-anak saat itu juga menyambut baik. Tak sulit untuk mencari pemain ketopraknya. Karena ternyata, ketoprak itu sangat disukai anak-anak," beber Sujoko.

Kegiatan baru berupa pembelajaran kesenian ketoprak menurut Sujoko mempunyai banyak manfaatnya. "Selain mengembangkan jiwa mencintai kebudayaan pada anak-anak, pelatihan ketoprak ini juga menumbuhkan rasa kepercayaan diri anak," ungkap Sujoko.

Hal positif lainnya yang juga cukup dirasakan Sujoko adalah kegiatan pelatihan ketoprak itu membuat atkifitas bermain anak-anak sedikit terkurangi. "Kebanyakan murid sini itu sering main kalau pulang dari sekolah. Karena kedua orang tuanya biasanya kerja. Itu bisa dilihat dari rambutnya yang banyak berwarna merah karena sering maen," ujar Sujoko sambil tersenyum.

Nah, dengan adanya kegiatan pembelajaran ketoprak itu murid-murid bisa semakin mengembangkan bakatnya. Saat ini ada sekitar 60 anggota sanggar kesenian ketoprak mulai dari kelas 4-6. "Yang terpenting, semua wali murid termasuk tokoh masyarakat dan Pak Camat (Sugito, camat Dringu) juga sangat mendukung," aku Sujoko.

Di sisi lain dari penampilan itu, tiap siswa yang tampil juga merasakan langsung dampaknya. Mereka kerap sekali mendapatkan saweran ketika sedang pentas. "Saat manggung di kecamatan lalu saya dapat Rp 64 ribu," kata Rika yang di kelompok ketoprak ini dijuluki "Manohara".

Hal lain yang dirasakan sekolah adalah, pada penerimaah siswa baru tahun ajaran 2010-2011 ini SDN Randuputih II mengalami lonjakan siswa yang cukup signifikan. "Kalau tahun sebelumnya, kelas 1 hanya ada 1 ruangan, kini kelas 1 sudah ada 2 ruangan," kata Sujoko.

Meski cukup sukses mengembangkan kesenian ketoprak di SDN Randuputih II, namun Sujoko belum puas. Lantaran saat ini semua peralatan yang dipakai saat manggung masih meminjam.

Karena itu untuk manggung, pihak sekolah harus berpikir-pikir dahulu untuk memikirkan alokasi biaya peminjaman barang-barang kebutuhan. Seperti gamelan dan alat pendukung lainnya. "Kami berharap ada bantuan dari pemerintah," harap Sujoko. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=174276

Tidak ada komentar:

Posting Komentar