Rabu, 20 Oktober 2010

Petani Anggur “Hancur”, Rugi Rp 3 M

Rabu, 20 Oktober 2010 | 09:56 WIB

PROBOLINGGO - Musim kemarau diwarnai hujan (kemarau basah) mengakibatkan ratusan petani anggur di Kota Probolinggo gagal panen. Sebagian tanaman anggur yang menyisakan buah pun terserang penyakit embun tepung (powdery mildew) dan karat daun.

“Dua tahun ini kami gagal panen anggur. Kalau pun ada beberapa batang yang berbuah, kualitasnya jelek,” ujar Ketua Kelompok Tani Anggur Sejahtera, Kel. Ketapang, Kec. Kademangan, Kota Probolinggo, Mudjiadi, Selasa (19/10).

Kelompok tani bertanam anggur sejak Februari 2003 silam ini mempunyai sekitar 6.000 batang anggur yang tersebar di berbagai kelurahan seperti Ketapang, Mayangan, Pakistaji, hingga Jrebeng Lor. “Di Ketapang yang merupakan induk dari kelompok tani terdapat 450 batang anggur, tetapi yang berbuah hanya 1-2 batang,” ujar Mudjiadi.

Alumnus Akademi Bank Malang (ABM) Malang itu kemudian menunjukkan para-para anggur yang masih menyisakan sejumlah tandan anggur berwarna hijau. “Anggur ini masih menyisakan buah karena letak para-paranya diapit rumah dan teras, sedikit terlindung dari hujan,” ujarnya.

Meski berbuah, sebagian tandan anggur diwarnai kehitam-hitaman. “Ini mulai terserang penyakit embun tepung atau powdery mildew, selain itu juga karat daun,” ujar Mudjiadi.

Dikatakan sejak bertanam anggur pada 2003, baru dua tahun terakhir ini para petani anggur di Kota Probolinggo gagal panen. “Tidak hanya di kota, perkebunan anggur milik lembaga penelitian di Banjarsari, Kabupaten Probolinggo, juga gagal panen. Kemarin orang dari Banjarsari ke sini. Katanya, dari sekian hektare, hanya menghasilkan 15 kilogram anggur,” ujarnya.

Ditanya berapa kerugian petani anggur akibat gagal panen, Mudjiadi kemudian membuat hitung-hitungan sederhana. Dikatakan Kelompok Tani Anggur Sejahtera mempunyai 6.000 batang anggur.

“Sebatang anggur menghasilkan 15-20 kilogram buah yang harganya sekitar Rp 25.000 per kilogram,” ujarnya. Dengan hitungan itu dalam sekali musim panen, petani anggur merugi Rp 2,25-3 miliar.

Mudjiadi mengakui, tanaman anggur bisa dibuahkan saat musim kemarau. “Anggur bisa diprogram kapan berbuah, yakni setelah daun dipangkas, anggur berbunga lalu berbuah. Dalam waktu 3 bulan setelah pemangkasan anggur bisa dipanen,” ujarnya.

Disinggung mengapa sekarang tidak dilakukan pemangkasan, Mudjiadi mengatakan, “Itu kalau kondisi daunnya sehat. Sekarang ini karena sering diguyur hujan daunnya tidak sehat, terkena karat daun.”

Ketika anggur gagal panen, kata Mudjiadi, petani anggur pun menganggur. “Beruntung saya masih bisa mengandalkan tanaman mangga di sela-sela kebun anggur, juga menjual bibit anggur,” ujarnya.

Kelompok tani anggur di belakang Mapolsek Kademangan itu juga menyediakan bibit anggur. “Bibit anggur kami jual Rp 10.000-Rp 15.000 per batang,” ujar Mudjiadi.

Permintaan bibit anggur selain dari Probolinggo juga datang dari berbagai kota seperti Lumajang, Pasuruan, Nganjuk, bahkan dari Bogor dan Tangerang. Setiap bulan kelompok tani bisa menjual 200-300 bibit anggur.

Disinggung jenis anggur yang ditanam kelompoknya, Mudjiadi menyebutkan sangat beragam. “Yang banyak ditanam Red Prince dan Red Globe yang kemudian dinamakan Prabu Bestari dan Probolinggo Super. Selain itu ada anggur Cardinal, Caroline Black Rose, Muskato, Belgie, dan Malaga,” ujarnya.

Mudjiadi mengaku berbangga karena kelompok taninya pernah dikunjungi Mentan Anton Apriantono pada 2006 silam. Tidak sebatas memanen anggur, Mentan saat itu juga memberikan bantuan modal kerja kepada petani anggur. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=9653d0a3230bdd09490bb9e79e1ebfb9&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar