Kamis, 27 Mei 2010

Pabrik Kertas Pun Tertarik Manisnya Bisnis Gula

Rabu, 26 Mei 2010 | 12:31 WIB

PROBOLINGGO - Beberapa tahun berturut-turut kinerjanya jeblok dan merugi, PT Kertas Leces (PTKL), Kab. Probolinggo justru ingin membangun pabrik gula (PG). Bahkan, BUMN pabrik kertas itu kini sedang memperebutkan jatah pembangunan tiga PG baru di Indonesia yang akan dikucuri dana APBN sekitar Rp 4,5 triliun.

Diwakili Serikat Pekerja Sejahtera (SPS), pabrik kertas yang berdiri sejak 1939 itu mengajukan proposal pendirian PG baru. “Karena pemerintah melalui APBN 2010 ini bakal membangun tiga PG baru, peluang ini kami jemput,” ujar Ketua SPS PTKL, Imam Suliono yang dihubungi via ponselnya, Rabu (26/5) pagi.

Imam bersama 5 pengurus SPS PTKL kemarin bertemu Komisi VI DPR RI. Info yang didapatnya menyebut Jawa Timur diberi jatah pendirian dua PG baru, satu PG lagi di luar Jawa.

Sejumlah daerah di Jatim pun kini berebut menawarkan diri sebagai operator PG baru itu. Selain PTKL, Pemkab Banyuwangi dan Pemkab Mojokerto juga tertarik.

“Kalau daerah lain masih sibuk mencari lahan bakal lokasi pendirian PG, PTKL sudah tidak perlu membebaskan lahan. Lahan kami sangat luas,” ujar Imam.

Selain itu, PTKL kini juga sedang membangun boiler berbahan bakar batubara yang bakal menjadi catudaya (sumberdaya) listrik bagi pabrik tersebut. “Pembangkit listrik batubara itu juga bisa digunakan untuk PG baru,” ujarnya.

Di PTKL juga sudah tersedia unit pengolah limbah (UPL) yang bisa digunakan integral untuk PG baru kelak. “Bahkan, untuk lapangan penimbunan bagase (ampas tebu), tersedia hektaran lahan,” ujarnya.

Kalau kelak disetujui, keberadaan PG baru itu akan menopang PTKL yang selama ini kesulitan bahan baku. “Bagase (ampas tebu) dari PG bisa digunakan untuk bahan baku kertas,” ujar Imam.

Selama ini, kata Sekretaris Perusahaan (Sekper) PTKL, Prof. Dr Ir R Abdul Haris MM, pabrik di Desa Leces, Kec. Leces itu mengandalkan serat kayu (wood pulp) untuk bahan baku. Namun setelah serat kayu harganya melambung dari 400 dollar AS menjadi 830 dollar AS per metrik ton, PTKL pun kelimpungan. “Ampas tebu, jerami, hingga batang jagung menjadi alternatif,” ujar Haris.

Keunggulan PTKL yang siap “menjemput” PG baru itu diungkapkan 6 pengurus SPS PTKL saat bertemu dengan Komisi VI DPR RI. “Kami ungkapkan konsep integrasi industri di Thailand, India, hingga Peru yang bakal kami wujudkan di Kertas Leces,” ujar Imam.

Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Arya Bima menyambut baik proposal yang diajukan SPS PTKL. Karena tertarik dengan proposal tersebut, Komisi VI pun mengajak hearing (dengar pendapat) pengurus SPS PTKL di Gedung Nusantara I DPR RI, Selasa (25/5) siang.

Arya Bima hanya menanyakan kesiapan lahan tebu sebagai bahan baku PG baru itu. Soalnya, secara nasional program swasembada gula yang dicanangkan tahun 2014 mendatang juga terganjal kurangnya lahan tebu.

Secara nasional, kata politisi PDIP itu, swasembada gula nasional bisa terwujud dengan luasan lahan tebu 350.000 hektare. Kini yang tersedia baru sekitar 100.000 hektare.

Lebih fokus ke lahan tebu di Kab. Probolinggo, selama ini tiga PG yakni, PG Gending, PG Padjarakan, dan PG Wonolangan kesulitan lahan tebu. Ketiga PG di Kab. Probolinggo itu setiap tahun “mengimpor” tebu dari Lumajang yang memang surplus.

Bupati Jamin Tebu

Soal lahan tebu, PTKL menganggap tidak ada masalah. “Potensi areal tebu di Probolinggo sebenarnya luar biasa, hanya saja selama ini petani enggan menanam tebu karena rendemen (kadar gula)-nya rendah,” ujar Imam Suliono.

Guna pendirian PG baru itu, PTKL pun mengincar lahan seluas 25.000 hektare di tiga kecamatan, yakni Tiris, Krucil, dan Banyuanyar untuk ditanami tebu. “Kebetulan kami bertemu Bupati Probolinggo (Drs H Hasan Aminuddin MSi, Red.) di Jakarta. Bupati menjamin ketersediaan lahan kalau PG baru itu dibangun,” ujarnya.

Alasan bupati, keberadaan PG baru itu bakal ikut menyejahterakan petani tebu. Selama ini banyak petani yang enggan menanam tebu karena sering merugi dibandingkan bertanam bawang merah.

Disinggung soal biaya pembangunan PG baru, APBN bakal mengucuri dana Rp 1,5 triliun/PG. “Karena Kertas Leces sudah punya lahan sendiri, biaya pembangunan PG baru bisa dihemat menjadi sekitar Rp 1 triliun,” ujar Imam.

Imam mengakui, PTKL selama ini memang tidak pernah menekuni industri gula. “Tidak ada masalah, SDM di PTKL sudah berpengalaman menjalankan mesin yang jauh lebih rumit dibandingkan mesin PG,” ujarnya. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=0ad7b5207f5fac69063bdd2034b46de4&jenis=b706835de79a2b4e80506f582af3676a

Tidak ada komentar:

Posting Komentar