Senin, 10 Mei 2010

Bedah Buku Tentang Akhirat

[ Senin, 10 Mei 2010 ]
KRAKSAAN - Untuk memunculkan sebuah teori, harus dilakukan cara metodologis. Alur metodologis akan membuat sebuah teori menjadi matang. Dengan demikian, teori tersebut bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Hal itu diungkapkan A. Qusyairi Ismail, penulis buku Menelaah Pemikiran Agus Mustofa. Buku tersebut merupakan jawaban atas buku yang ditulis Agus Mustofa berjudul Ternyata Akhirat Tidak Kekal.

Qusyairi mengatakan, prinsip penulisan Agus Mustofa menyimpang dari metodologi kajian Alquran dan hadits. Menurutnya, ada banyak tahap metodologis yang perlu dilakukan. Teori Agus Mustofa tentang akhirat dan azab kubur, tidak sepenuhnya bisa diterima.

A. Qusyairi Ismail datang bersama rekannya Moh. Achyat Ahmad. Keduanya aktif sebagai pengajar di pondok pesantren Sidogiri Kabupaten Pasuruan. Sebagai pembanding, didatangkan KH. Zainul Alim, pengasuh pondok pesantren Darudda'wah Kabupaten Situbondo. Bedah buku tersebut dimoderatori oleh H. Idrus Ali.

Mereka adalah pembicara pada bedah buku Membongkar Pemikiran Agus Mustofa Ternyata Akhirat Tidak Kekal dan Tidak Ada Azab Kubur. Kegiatan itu dilangsungkan di aula pertokoan Soponyono Kraksaan dan diprakarsai MUI Kraksaan. Kegiatan dimulai sekitar pukul 11.00 WIB.

Tulisan Agus Mustofa dalam buku Ternyata Akhirat Tidak Kekal menurut Qusyairi, banyak kekeliruan yang mendasar. Mestinya Agus Mustofa kata dia, melakukan kajian mendalam tentang masalah akhirat dan azab.

Moh. Achyat Ahmad mengungkapkan hal senada. Menurut Achyat, selain tentang metodologi, tulisan Agus Mustofa dinilainya menyimpang dari akidah. Di antaranya tentang persoalan akhirat tidak kekal dan tidak ada azab kubur.

Achyat mengatakan, persoalan itu harus dikaji secara mendalam. "Jangan lantas mengklaim secara mendasar. Harus dilengkapi dengan dalil-dalil yang proporsional," ujar Achyat.

Sementara itu Ketua MUI Kraksaan KH. Hasan Assyadzili menuturkan, bedah buku ini dilakukan sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan. Di samping itu lanjut Hasan, juga merupakan upaya MUI untuk meluruskan masalah tersebut. "Bukan untuk menyalahkan teori Agus Mustofa. Namun untuk meluruskan saja," imbuhnya.

Disinggung mengenai ketidakhadiran Agus Mustofa, MUI Kraksaan sebenarnya ingin mengundang Agus Mustofa. Namun menurut Hasan, hal itu belum mungkin dilakukan sekarang. Menurutnya, perlu persiapan lebih lama untuk mendatangkan Agus Mustofa. "Persiapannya harus matang," ujar Hasan.

Namun Hasan mengatakan, untuk kegiatan selanjutnya MUI Kraksaan memprioritaskan kedatangan Agus Mustofa. Selain itu Hasan berharap, bisa mendudukkan Agus Mustofa dengan Qusyairi dan Achyat Ahmad. "Agar terjadi dialog yang proporsional," ujar Hasan. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=157567

Tidak ada komentar:

Posting Komentar