Rabu, 06 Oktober 2010

Batik ’Ekor’ Pengantin 100 Meter Siap Pecah Rekor

Rabu, 6 Oktober 2010 | 10:14 WIB

PROBOLINGGO - Geliat para perajin batik Kota Probolinggo untuk memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) semakin terlihat menjelang “Hari H”, Jumat (8/10) mendatang. Kain sepanjang 100 meter dengan 651 motif batik sudah siap dijadikan ’’ekor” pengantin. Kesulitan dana pemecahan rekor senilai Rp 45 juta sudah tidak ada kendali karena sejumlah pihak, yakni Pemkot Probolinggo dan sponsor, turun tangan.

“Kami akan menampilkan pengantin berpakaian Pendalungan (campuran Jawa-Madura, Red) dan kain batik 100 meter itu akan menjadi ’ekor’ pengantin,” ujar Sekretaris Paguyuban Batik Kota Probolinggo, Kustiyanah, Rabu (6/10) pagi tadi. Sebanyak 20 orang bakal memegangi kain batik terpanjang di Indonesia, berjalan dari depan rumah dinas walikota hingga depan Pemkot Probolinggo.

Sejumlah perajin mengaku sempat khawatir ketika menyelesaikan batik di atas kain katun. “Mirip tim sepakbola, perajin yang jumlahnya 11 orang harus mampu menyelesaikan 651 motif batik,” ujar Hendro, salah seorang pembatik.

Ke-11 pembatik itu, Hendro, Ida Kustiyani, Mytha Agustina, Rina, Wasis, Yovi, Nanin, Anjar, Malika, dan Gatot. Mereka yang awalnya bukan pembatik itu kemudian bergabung dalam satu paguyuban setelah mengikuti pelatihan membatik yang digelar PKK Kota Probolinggo, 2009 silam.

Guna menyelesaikan kain batik pemecah rekor Muri, beban kerja dibagi untuk 11 pembatik itu. “Setiap pembatik mengerjakan 72-73 motif batik,” ujar Kustiyanah.

Masing-masing pembatik dipersilakan membuat kreasi batik sendiri yang sesuai dengan karakteristik Kota Probolinggo. Wasis misalnya, membuat batik bermotif Ayu Bestari, Mytha menampilkan motif Semarak Mangga Anggur. Karya Wasis dan Mytha tersebut sempat menjadi juara dalam lomba cipta batik di tingkat Propinsi Jatim, Mei 2010 lalu.

Sebagai perajin pemula, tidak mudah menyelesaikan 651 motif batik yang berbeda. Apalagi dikejar tenggat waktu dalam hitungan hari. ’’Syukur alhamdulillah, akhirnya selesai juga pekerjaan besar itu,” ujar Hendro.

Selasa (5/10) siang tampak Hendro dan sejumlah pembatik berkumpul di sebuah musala di SMKN 3 Kota Probolinggo. Mereka mengerumuni lipatan kain batik yang telah dijahit di SMKN di Jl Pahlawan itu.

Untuk menjahit kain sepanjang itu, paguyuban batik sengaja meminta bantuan SMKN 3. Kain batik yang awalnya terdiri atas 46 helai itu kemudian dijahit di laboratorium SMKN 3. Setelah dijahit kain batik itu dilipat di musala SMKN 3.

“Kami juga meminta bantuan SMKN 3 untuk merancang dan menjahit pakaian pengantin Pendalungan,” ujar Kustiyanah. Pengantin tersebut bakal mengenakan pakaian dari kain batik dengan motif campuran Madura-Jawa.

Disinggung kendala biaya perhelatan pemecahan rekor Muri, Kustiyanah hanya tersenyum. “Ya awalnya ada kendala. Syukurlah sekarang ada kepedulian dari Pemkot Probolinggo juga dari sponsor,” ujarnya.

Yang jelas sejak Selasa (5/10) tim dari Muri sudah tiba di Kota Probolinggo untuk melakukan pengecekan awal kesiapan panitia dan perajin batik. Rabu (6/10) hari ini tim Muri bakal memantau geladi resik acara pemecahan rekor Muri yang bakal dihelat di sepanjang Jl Panglima Sudirman, Jumat (8/10) pagi itu. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=15c5bf4c783b4bd151dd61dd5b906d10&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar