Sabtu, 18 September 2010

Keluhkan Pencurian Wuwu

[ Sabtu, 18 September 2010 ]

Ramadan lalu dikeluhkan para nelayan rajungan di daerah Tongas Kabupaten Probolinggo. Sebab, mereka banyak mengalami kehilangan wuwu atau alat tangkap rajungan.

Wuwu yang hilang tidak sedikit. Jumlahnya mencapai ratusan. Padahal, harga alat itu tidak murah. "Selama Ramadan, wuwu saya hilang 170 buah mas," ungkap Saiful Bahri, salah satu nelayan rajungan di dusun Krobyokan kepada Radar Bromo kemarin (17/9). Dari 330 wuwu yang dimilikinya, saat ini yang tersisa hanya 160 buah.

Menurut para nelayan, pencurian alat tangkap rajungan tersebut selama Ramadan terjadi setiap hari. Dalam satu hari nelayan bisa kehilangan wuwu sebanyak 20 sampai 50 buah.

Akibatnya, para nelayan harus merugi jutaan rupiah. Untuk satu buah wuwu mencapai harga Rp 15 ribu. Sedangkan untuk menangkap rajungan dibutuhkan minimal 150 buah wuwu. Jika ditotal, masing-masing nelayan mengalami kerugian setidaknya Rp 2 juta.

"Kerugian saya sampai Rp 2,5 juta," jelas Saiful. Hal itu diperparah lagi dengan tangkapan rajungan yang sempat mengalami penurunan akibat kondisi cuaca yang tidak mendukung.

Sukam, nelayan rajungan lainnya, mengaku saat ini sampai tidak bisa mempersiapkan wuwunya untuk disebar ke laut. Hal itu dikarenakan jumlah wuwunya kurang dari jumlah minimal.

"Saya tidak bisa pakai wuwu. Jumlahnya kurang," keluh Sukam. Dari 150 wuwu yang dimilkinya, sekarang yang tersisa tinggal 55 buah saja. Selain itu, Sukam akan dirugikan jika tetap memaksakan menyebar alat itu.

Kerugian itu karena ia masih harus menanggung ongkos BBM untuk melaut. Dan ongkos itu tidak sebanding dengan hasil tangkapan menggunakan wuwu yang jumlahnya kurang. "Rugi lah, Mas. BBM lebih mahal dari pada rajungannya," terang Sukam.

Lalu siapa pelaku pencurian wuwu? Nelayan menduga pelakunya adalah nelayan daerah tetangga. "Sering kepergok aksi mereka," ungkap Basar, seorang nelayan lainnya.

Menurutnya, sudah ada beberapa pelaku yang diamankan aparat keamanan. Namun, aksi itu tetap saja berlangsung. "Mereka masih terus beraksi," keluh Basar.

Selama ini para nelayan Tongas lebih memilih diam atas kejadian pencurian-pencurian wuwu ini. Sebab, jika sampai bertindak keras, reaksi nelayan daerah tetangga itu bisa lebih keras lagi. "Dulu sempat ada kawan kami yang disandera," kata Basar.

Dari kejadian bayaknya wuwu yang hilang, ada beberapa nelayan yang harus berhenti total menangkap rajungan. Sedangkan nelayan lainnya, memilih menggunakan alat tangkap lainnya. "Lebih baik pakai jaring saja, tidak gampang dicuri," tutur Basar. (d7x/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179719

Tidak ada komentar:

Posting Komentar