Minggu, 19 September 2010

Harga Tembakau Pecah Rekor

Sabtu, 18 September 2010 | 11:52 WIB

PROBOLINGGO – Rusaknya panen tembakau tahun ini membuat harga tembakau berkualitas tahun ini memecahkan rekor termahal di Kabupaten Probolinggo, yakni Rp 32 ribu–Rp 33 ribu/kg. ’’Belum pernah harga tembakau Rp 33 ribu per kilogram seperti tahun ini. Pada 2009, harga tertinggi Rp 30 ribu,” ujar Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Kab Probolinggo Ir Nanang Trijoko Suhartono, Jumat (17/9).

Disbunhut mencatat rekor harga tertinggi tembakau setiap tahun (lihat tabel). Tingginya harga tembakau tahun ini, kata Nanang, dipicu hukum ekonomi. ’’Volume tembakau yang beredar di pasaran menurun, sementara permintaan tinggi,” ujarnya.

Nanang mengatakan, tahun ini sebagian kualitas tembakau turun akibat guyuran hujan ’’salah musim”. Bahkan sebagian petani sudah merasakan pahitnya tembakau sejak awal tanam. Bibit tembakau yang mereka tanam banyak yang mati karena digenangi air hujan. Pihaknya memberikan solusi agar mempersiapkan saluran pembuangan air agar tak terjadi genangan.

Sementara itu, akibat kemarau basah (sering diwarnai hujan), tembakau rajangan yang dijemur berubah warna menjadi kehitaman (tambelik). Selain itu, daun-daun tembakau siap panen pun bisa diwarnai bintik-bintik hitam yang mengakibatkan daun emas itu terasa pahit.

’’Petani tembakau tahun ini memang selalu khawatir, karena kemarau masih diwarnai curah hujan. Hujan bisa menurunkan kualitas tembakau rajangan yang dijemur dan daun tembakau siap panen,” ujar Sirajudin, petani tembakau di Kec Paiton, Kab Probolinggo.

Meski tembakau rajangan tambelik, sejumlah pedagang besar (pengepul) masih siap membelinya. ’’Tembakau tambelik masih laku Rp 10 ribu-Rp 20 ribu per kilogram,” ujar Taufik, petani tembakau di Kec Krejengan. Sejumlah petani pun mengaku pasrah begitu mengetahui tembakau rajangannya mengalami tambelik. Mereka berprinsip yang penting tembakau bisa terjual agar balik modal.

Kepala Disbunhut Kab Probolinggo Ir Nanang Trijoko Suhartono mengatakan, untuk menghindari tembakau rajangan yang dijemur berubah warna, ketebalan jemuran dikurangi. “Kalau permukaan tembakau rajangan ketebalannya diperlebar akan cepat kering, tembakau tidak sampai menghitam,” ujarnya.

Disinggung soal produksi tembakau pada 2010 ini, Nanang memprediksi sekitar 10.372 ton. ’’Dibandingkan 2009 yang mencapai 9.000 ton, produksi tahun ini meningkat 1.000 ton lebih,” ujarnya. Prediksi produksi tembakau mencapai 10.372 ton itu didasarkan pada luas areal tembakau di tujuh kecamatan penghasil tembakau jenis Paiton Voor Oogst (Paiton VO). “Tahun ini areal tembakau mencapai 11.475 hektare dari rencana awal 7.923 hektare,” ujar Nanang.

Bengkaknya areal tembakau seluas 3.552 hektare itu diduga karena sebagian petani menanam tembakau di areal yang tidak direkomendasikan Disbunhut. Berdasarkan faktor agroklimat, Pemkab Probolinggo hanya merekomendasikan penanaman tembakau di 7 kecamatan yakni, Pakuniran, Kotaanyar, Paiton, Besuk, Kraksaan, Krejengan, dan Gading.

Ternyata areal tembakau juga dijumpai di luar 7 kecamatan yang direkomendasikan tersebut. Yakni melebar di 8 kecamatan, Pajarakan, Kuripan, Sukapura, Maron, Wonomerto, Leces, Gending, dan Bantaran. “Meski 8 kecamatan ini tidak direkomendasikan untuk ditanami tembakau, Pemkab tidak bisa melarang petani menanam tembakau,” ujar Nanang. isa

Harga Tembakau di Probolinggo (per kg)

2004 Rp 8.000- Rp 10.000

2005 Rp 10.000-Rp 12.000

2006 Rp 12.000–Rp 16.000

2007 Rp 17.000-Rp 22.000

2008 Rp 18.000-Rp 27.000

2009 Rp 18.000-Rp 30.000

2010 Rp 32.000-Rp 33.000

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=609fa82ed22da6a1d6f9a3e6740b3903&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar