Sabtu, 09 Oktober 2010

Probolinggo Siapkan Kampung Batik

Sabtu, 9 Oktober 2010 | 08:42 WIB

PROBOLINGGO - Setelah memecahkan rekor Musem Rekor Indonesia (Muri), belasan perajin batik di Kota Probolinggo bermaksud mengembangkan kampung batik di Kel Jati, Kec Mayangan. “Kami akan mengembangkan kampung batik di Kelurahan Jati tepatnya di Jalan MT Haryono Gang VI sampai X,” ujar Ketua Paguyuban dan Pecinta Batik Kota Probolinggo, Nani Kastip, Sabtu (9/10) pagi tadi.

Di kampung yang berada di jantung Kota Bayuangga itu ada seorang perajin, Ida, yang merintis batik khas Probolinggo bersama sejumlah perajin lain. “Di Jalan MT Haryono ada 50-60 calon pembatik yang siap bergabung mengembangkan kampung batik,” ujar Nani.

Diharapkan pada 2011, kampung padat penduduk itu bakal dikenal sebagai kampung batik. “Agar cepat berkembang, kami akan mendirikan klinik batik,” ujar Nani Kastip.

Nani mengakui, batik khas Probolinggo memang masih asing di negeri sendiri. Melalui gebrakan pencatatan rekor Muri itulah, para perajin batik berusaha memperkenalkan batik dan perajinnya yang masih pemula itu.

Memang tak banyak publik Probolinggo yang mengenal batik khas kotanya. Mereka hanya mengenal kain bermotif mangga dan anggur itu sesekali dikenakan para pegawai di lingkungan Pemkot Probolinggo.

Batik Kota Probolinggo mulai mencuat di ajang lomba cipta busana batik yang digelar PKK Jatim, Mei 2010. Dua karya batik bermotif Ayu Bestari dan Semarak Mangga Anggur terpilih sebagai juara.

Kain motif Semarak Mangga Anggur karya Myta Agustina, perajin batik warga Jl MT Haryono, awalnya sekadar coba-coba untuk dikhususkan untuk mengikuti lomba. Ketika kain bermotif mangga dan anggur selesai, kebetulan ada lomba cipta batik di tingkat provinsi.

Hal senada diungkapkan Siswanto alias Wasis, pencipta motif batik Ayu Bestari. Perajin asal Jl Hayam Wuruk yang awalnya adalah perajin bordir itu mengaku jatuh-bangun demi membuat motif batik dan cara mewarnai kain batiknya. Melalui belajar dan uji coba pewarnaan berkali-kali, perajin batik.

Ia menemukan banyak warna yang diperoleh dari bahan alami. Mulai dari tumbuhan mangsi (indigovera) yang banyak tumbuh di sawah, hingga daun mangga, kulit manggis, kulit rambutan, mahoni, jamber, sirih, juwet dan secang.

Karena masih tahap rintisan, calon pembeli pun sedikit kesulitan mendapatkan kios atau outlet penjualan batik khas Probolinggo. Soalnya, batik yang didominasi motif mangga, anggur, dan nuansa bahari itu tidak dijual bebas di Pasar Gotong Royong, Pasar Baru, dan swalayan di Kota Probolinggo.

“Sebenarnya Pemkot sudah menyiapkan kios penjualan batik di depan RTH (ruang terbuka hijau) di Jalan Basuki Rahmad. Tetapi karena kios-kios di depan kebun binatang mini itu sepi pengunjung, ya kios batiknya ikut tutup,” ujar Wakil Walikota (Wawali) Drs H Bandyk Soetrisno MSi.

Ke depan, Pemkot dan paguyuban batik akan memfasilitasi dibukanya sejumlah outlet penjualan kain batik di sejumlah pusat keramaian dan perbelanjaan. Bisa di swalayan, pasar, terminal, hingga hotel. Pemkot juga sudah mewajibkan sekitar 7.000 pegawainya agar mengenakan seragam bermotif batik Probolinggo. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=597acff57915113300cc6c4e38e37d16&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Tidak ada komentar:

Posting Komentar