Senin, 10 Mei 2010

Blokade Tidak Dibuka, Pedagang Terus Merugi

Seperti disampaikan SUWARNO (46) pedagang Pasar Keputran yang sudah berjualan selama 12 tahun. Pada suarasurabaya.net, Senin (10/05), SUWARNO pedagang daun bawang prei dan wortel mengeluh selama 5 hari tidak berjualan dirinya merugi Rp 3 jutaan. Biasanya per hari bisa mendapatkan omzet hingga Rp 500 ribu.

"Pemerintah tidak pernah berpikir nasib pedagang. Kalau kita dipindah ke PIOS berapa banyak transport yang dikeluarkan. Untuk cari pembeli akan sulit karena lokasinya jauh dan selama mendapatkan pembeli baru darimana uang kita dapatkan untuk kebutuhan sehari-hari,"paparnya.

Bagi SUWARNO lebih baik bertahan di Keputran dibanding harus pindah ke tempat lainnya. Ia akan menjaga barikade tersebut sampai Satpol PP dan polisi datang. Tidak soal kalau harus berjaga 24 jam.

Sementara itu, TAUFIK MONYONG Koordinator Solidaritas Arek Suroboyo yang melakukan pendampingan PKL Pasar Keputran mengatakan selama 5 hari tidak berjualan, perputaran uang di Pasar Keputran hilang sebesar Rp 7,8 milyar.

Tidak cuma itu, Asosiasi Petani Jawa Timur sudah beri laporan ke dirinya, petani dari 12 daerah di antaranya Batu, Lumajang, Probolinggo.

"Para petani minta perlindungan ke DPRD Jawa Timur untuk dicarikan solusinya. Sebab selama ini, mereka hanya pasok sayur dan buah ke Pasar Keputran,"papar TAUFIK.(tin)


-SUWARNO dan FAHMI anaknya

Sumber: http://www.suarasurabaya.net/v06/kelanakota/?id=44beea9d2dbbdf919f4a99aac9601005201076372

Mengintip Para “Haji Sengon” di Probolinggo

Mengintip Para “Haji Sengon” di Probolinggo
Senin, 10 Mei 2010 | 11:16 WIB

OLEH: IKHSAN MAHMUDI

DI ketinggian sekitar 1.000-1.500 meter di atas permukaan laut, di belahan atas lereng Gunung Aropuro dan Gunung Lamongan, sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah kehijauan. Selain hutan jati, mahoni, dan kesambi milik Perhutani, ribuan hektare hutan rakyat juga terhampar di punggung kedua gunung itu. Di sela-selanya tampak pula kebun kopi dan buah-buahan milik warga.

Dibandingkan 10 tahun silam, wajah dua kecamatan, Krucil dan Tiris, memang jauh lebih hijau. Akhir-akhir ini bisa dikatakan sebagian besar warga di dua kecamatan itu “gila” bertanam sengon. Kegilaan ini berkonotasi positif karena berdampak pada lingkungan hidup sekaligus kesejahteraan warga setempat.

“Kalau tidak percaya, tanya saja berapa banyak ‘haji sengon’ atau ‘mobil sengon’ di Krucil dan Tiris,” ujar Wakil Bupati (Wabup) Probolinggo, Salim Qurays SAg saat menerima Menhut, Zulkifli Hasan, beberapa hari lalu.

Sebutan “haji sengon” disandang seseorang yang biaya perjalanan ibadah haji diperoleh dari hasil bertanam pohon sengon. Wabup menyebut tahun ini 40 calon haji asal Kec. Krucil dan Kec. Tiris disokong hasil panen sengon.

Sebutan “mobil sengon” juga mengacu pada mobil yang dibeli dari hasil tanaman bernama Latin Albasia falcataria itu. Wajar kalau kemudian sebagian warga menggantungkan hidupnya dari bertanam sengon, selain berkebun kopi, sayuran, dan buah-buahan. Bisnis kayu di dua kecamatan, Krucil dan Tiris memutar uang hingga sekitar Rp 15 miliar per bulan.

Bagi kalangan industri, kayu sengon menjadi alternatif setelah negara-negara Eropa memproklamasikan larangan pabrikan menebangi tegakan pohon dari hutan lestari untuk bahan baku. ”Negara-negara Eropa yang menjadi tujuan ekspor kayu olahan produk kami memboikot jika kayunya berasal dari hutan lestari,” ujar Direktur Muda PT Kutai Timber Indonesia (KTI), Capt. M. Sain Latief .

Karena itu perusahaan pengolahan kayu patungan Indonesia-Jepang itu tidak lagi mengandalkan bahan baku kayu dari Kalimantan dan Papua. Solusinya, mereka menggandeng masyarakat membentuk hutan rakyat.

Masyarakat Berubah

Sejumlah penyuluh kehutanan lapangan (PKL) pada Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Kab. Probolinggo mengakui adanya perubahan pola pikir masyarakat di punggung gunung di Kec. Krucil dan Kec. Tiris. “Dulu, sulit mengajak masyarakat di sini bertanam pohon. Sekarang tidak disuruh pun mereka berlomba-lomba menanam sengon,” ujar Sudarman.

Hal senada diungkapkan Suprapto, PKL lainnya. “Sekarang warga sudah tahu kalau sengon bisa menjadi duit besar dalam waktu 4-5 tahun,” ujarnya.

Sejumlah petani perintis yang menanam sengon kini telah sukses menjadi raja-raja kayu sekaligus “haji sengon” dan ber-“mobil sengon”. Sebut saja Habib Abdul Qodir Al Hamid, H Abdul Manap, H Imam, hingga H Sumo.

Kadisbunhut, Nanang Trijoko S. Pun membuka kunci sukses sebagian petani sengon di Probolinggo. Dikatakannya, 1 hektare tanah bisa ditanami 1.600-2.000 batang sengon. “Dalam waktu 5 tahun, pohon sengon bisa dipanen dengan hasil yang menggiurkan, Rp 100-150 juta per hektare,” ujarnya.

Memang di tahun pertama, petani harus menyediakan bibit yang harganya sekitar Rp 500/pohon. “Tetapi uang pembelian bibit itu sudah tertutup dari hasil penjualan batang sengon yang dijarangkan di tahun kedua,” ujarnya.

Menhut Zulkifli Hasan juga mengakui, hutan rakyat bisa mendongkrak perekonomian warga. ”Satu hektare hutan menghasilkan sekitar 700 batang pohon atau setara 200 meter kubik kayu. Kalau harga kayu Rp 400 ribu per meter kubik, petani bisa meraup Rp 80 juta,” ujar menteri dari PAN itu.

Selain sengon, kini petani mulai mengenal dan menanam komoditas pohon lain seperti balsa dan jabon. Dua jenis pohon ini lebih cepat dipanen, hanya butuh waktu 3-4 tahun, hanya harganya sedikit lebih murah dibandingkan sengon yang telah tersebar luas di Probolinggo.

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=59858d3cfbe53a896f7b5ca41339d0db&jenis=b706835de79a2b4e80506f582af3676a

Pabrik Tokek di Probolinggo

Posted by SiiNopHiPopo Fc On Sunday, May 9, 2010

Bisnis tokek belakangan ini menghebohkan masyarkat dunia dimana ditemukan nya tokek raksasa yang beratnya 64kg yang harganya bisa lebih mahal dari satu komplek perumahan di Bekasi. Banyak orang memburu tokek karena tokek ternyata sudah menjadi salah satu barang ekspor Indonesia. Setiap harinya sekitar 3.000 tokek diekspor pabrik tokek di Probolinggo, Jawa Timur untuk memenuhi permintaan China, Jepang dan sejumlah negara di Asia Tenggara.

Akan tetapi bagaimanakah cara mengekspor tokek tersebut? Ternyata tokek-tokek tersebut dikeringkan dahulu sebelum diekspor. Mari lihat pabrik pengeringan tokek yang ada di Probolinggo ini.

Seorang pekerja di pabrik tokek hendak mengeringkan tokek yang akan diekspor.

GB

Inilah tokek yang sudah dikeringkan dan diekspor untuk bermacam-macam keperluan salah satunya untuk bahan produk dan obat kecantikan.
GB

Tokek-tokek ini akan diekspor ke China, Jepang dan sejumlah negara lainnya di Asia Tenggara.
GB

Seperti inilah tokek yang sudah dikeringkan.

GB

Setiap harinya para pekerja mengumpulkan sekitar 3.000 ekor tokek di Jawa Timur.

GB

Wah..apa ga punah tuch tokek lama-lama ya kalau setiap hari ditangkap 3000 ekor.

sumber:detikfoto

Sumber: http://justyepe.blogspot.com/2010/05/pabrik-tokek-di-probolinggo.html

Gadis 8 Tahun Diikat

Kehidupan
Gadis Ini 8 Tahun Diikat di Pohon (1)
Senin, 10 Mei 2010 | 10:10 WIB
SURYA.co.id/atiq ali rahbini
Sriyani (18), warga Desa Bulu RT 03/RW 04, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, diikatkan ke akar pohon mangga selama 8 tahun dan nyaris diperkosa pengemis.

PROBOLINGGO, KOMPAS.com — Tangan Sriyani (18) belepotan tanah dan debu. Tali warna hijau melingkar di pergelangan tangan kanannya, yang diikatkan ke akar pohon mangga di sebelah barat rumah orangtuanya.

Sejak hampir delapan tahun lalu Sriyani berada dalam kondisi mengenaskan seperti ini di sebelah barat rumah orangtuanya, Desa Bulu RT 03/RT 04, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo. Setiap pagi sampai menjelang malam, dia terpaksa menghabiskan waktu di sana, termasuk Minggu (9/5/2010).

Sesekali, anak janda Atmani (50) itu tersenyum simpul. Rambutnya yang pendek memperjelas guratan wajah dan lehernya yang dipenuhi dengan debu. Di belakangnya terlihat beberapa ayam kampung mengorek tumpukan sampah daun kering.

Minggu kemarin sekitar pukul 10.30, Sriyani tampak kehausan. Atmani pun memberi anak wanitanya tersebut minuman berupa air putih, yang langsung diteguk sang anak.

Para tetangga sekitar sudah tak asing lagi dengan pemandangan seperti itu. Sriyani diikat ke akar pohon mangga supaya tidak lari dan memasuki rumah penduduk.

Sriyani sekarang tinggal hanya bersama sang ibu, Atmani. Adapun ayahnya, Madlani, tutup usia beberapa tahun lalu. Sriyani dirawat Atmani, yang sehari-sehari berjualan sayur di pasar. (Atiq Ali Rahbini/Bersambung)

Sumber: http://regional.kompas.com/read/2010/05/10/10100526/Gadis.Ini.8.Tahun.Diikat.di.Pohon.1-8

PROBOLINGGO, KOMPAS.com — Tangan kanan Sriyani (18), warga Desa Bulu RT 03/RW 04, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, diikatkan ke akar pohon mangga. Meski perlakuan itu tidak lazim, warga sekitar dapat memakluminya.

Jika malam tiba, maka Sriyani dibawa oleh Atmani (50), sang ibu, ke dalam rumah yang sudah reot dan berdinding anyaman bambu. Jika hendak tidur, maka janda dua anak itu mengikat lagi tangan anak semata wayangnya itu ke ranjang.

Jika pagi menjelang, maka Atmani akan mengikat kembali anaknya di akar pohon mangga di sebelah barat rumahnya.

Kondisi Sriyani memprihatinkan. Meski badannya terlihat gemuk, kedua kakinya lumpuh sehingga tidak bisa berjalan normal. Jika tidak diikat, dia berjalan dengan cara menyeret tubuhnya, kemudian memasuki rumah tetangga.

Terkadang dia mengamuk karena kondisi mentalnya sedikit terganggu. Karena itulah sang ibu kemudian memilih mengikat anaknya.

“Saya sebenarnya tidak tega mengikatnya. Tapi mau bagaimana lagi? Daripada saya dimarahi tetangga,” keluh Atmani.

Saat difoto Surya, Sriyani mengenakan pakaian lengkap atas permintaan Surya kepada ibunya. Namun, sehari-hari Sriyani tidak mengenakan baju saat diikat ke akar pohon. Menurut ibunya, Sriyani memilih tidak mengenakan baju.

Karena tak pernah memakai baju itulah Sriyani pernah nyaris diperkosa pengemis yang melintas di rumah ibunya, beberapa waktu lalu. Saat itu Sriyani berteriak keras sehingga mengundang kedatangan beberapa tetangga. Sang calon pemerkosa pun kabur.

“Dulu dia hampir diperkosa pengemis,” ujar seorang tetangga bernama Mus Mulyadi. (Atiq Ali Rahbini/Bersambung)

Sumber: http://regional.kompas.com/read/2010/05/10/1025514/Gadis.8.Tahun.Diikat..Nyaris.Dimesumi.2-5

PROBOLINGGO, KOMPAS.com — Tangan kanan Sriyani (18), warga Desa Bulu RT 03/RW 04, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, sejak delapan tahun lalu diikatkan ke akar pohon mangga. Namun, saat malam tiba, Atmani (50), ibundanya, membawa Sriyani ke dalam rumah. Mengapa Atmani tega mengikat anak kandungnya?

Atmani pernah tiga kali menikah dan memiliki dua anak. Salah seorangnya meninggal. Adapun Sriyani merupakan hasil pernikahannya dengan suami ketiga, Madlani.

Ketika Sriyani masih balita, menurut Atmani, dia terlihat seperti anak-anak lain yang normal. “Dia bermain, berlari dengan teman-temannya,” kenang Atmani, dengan mata menerawang ke arah pepohonan di sebelah rumah.

Namun, ketika Sriyani menginjak usia tujuh tahun, petaka tersebut datang. Saat itu Sriyani menangis karena demam panas tinggi disertai kejang-kejang. Setelah 24 jam menangis, Sriyani dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Waluyo Jati, Kraksaan.

“Waktu itu dia sempat disuntik. Tapi anehnya tidak sembuh, malahan tidak bisa berjalan setelah dibawa pulang ke rumah,” ungkap Atmani.

Karena tak ada biaya, Sriyani akhirnya hanya diobati dengan jalan alternatif melalui sejumlah dukun pijat. Namun, upaya tersebut tidak membuahkan hasil, dan Sriyani menjadi lumpuh tanpa bisa berjalan.

Secara psikis, mental Sriyani juga terganggu. Jika pikirannya tidak tenang, maka dia melempari rumah para tetangga dengan batu.

Meski demikian, Atmani menyatakan tetap menyayangi anak tunggalnya tersebut. Oleh karena itulah, dengan segala keterbatasannya, dia merawat Sriyani.

“Seperti apa pun dia sekarang, dia tetaplah anak saya. Mungkin ujian dari Tuhan,” kata Atmani, dengan wajah memelas. (Atiq Ali Rahbini/Habis)

Sumber: http://regional.kompas.com/read/2010/05/10/1119534/Gadis.8.Tahun.Diikat..Awalnya.Normal.3-8



29 Pejabat di Polda Jatim Dimutasi

Senin, 10/05/2010 16:46 WIB
Rois Jajeli - detikSurabaya

Surabaya - Gerbong mutasi pejabat setingkat Direktur dan di Polda Jatim bergulir. 29 Perwira polisi mulai dari berpangkat AKBP hingga Kombes Pol dipindahtugaskan.

Nama-nama perwira menengah (pamen) yang masuk gerbong mutasi sesuai dengan Surat Telegram nomor STR/360/V/2010 tanggal 9 Mei 2010, yakni Direskoba Kombes Pol Erwin Azhar Siregar dimutasi sebagai penyidik utama TK III, Ditnarkoba Mabes Polri. Erwin digantikan AKBP Jan Leonard de Fretes yang sebelumnya menjabat sebagai Wadir Reskrim Polda Jatim.

Kapolres Surabaya Utara AKBP Djoko Hari Utomo dimutasi sebagai Kapolres Cianjur. Kapolres Mojokerto AKBP Onto Cahyono dimutasi sebagai Wadirlantas Polda Jabar. Kasat Pidek Ditreskrim Polda Jatim AKBP Prasetija Utomo dipromosikan sebagai calon Kapolres Mojokerto.

Kapolres Probolinggo AKBP Al Afriadi dimutasi sebagai Wadirlantas Polda Sulawesi Tenggara. AKBP Rasta Gunawan Kapolresta Kediri dimutasi menggantikan Alfriadi sebagai Kapolres Probolinggo. Kapolres Jayawijaya Polda Papua AKBP Mulia Hasudungan Ritonga dimutasi ke Polda Jatim menjabat sebagai Kapolresta Kediri.

Wakapolwiltabes Surabaya AKBP Setija Junianta dimutasi sebagai Kapolres Metro Bekasi, Polda Metro Jaya. AKBP Yudi Sumartono Kapolres Sampang dimutasi sebagai Kasubbag Kermalat Opsdagri SDE Ops Polri. Yudi digantikan AKBP Agus Santoso yang sebelumnya menjabat sebagai Wakaden PJR Ditlantas Babinkam Mabes Polri.

Kapolres Lumajang AKBP Dedi Prasetyo dimutasi sebagai Kasubbagmin Set Rodal Pers SDE SDM Polri. Dedi digantikan AKBP Tedjo Wijanarko yang sebelumnya menjabat sebagai Kapolres Batu. AKBP Gatot Sugeng Susanto, Pamen Bareskrim Polri dimutasi ke Polda Jatim sebagai calon Kapolres Batu.

Kabid Propam Polda Jatim Kombes Pol Setyo Prihadi yang dimutasi dalam rangka Lemhanas, digantikan Kombes Pol Velino Siahaan yang sebelumnya menjabat sebagai Penyidik Utama Pusprovos Bid Propam Mabes Polri.

Kepala SPN Mojokerto Kombes Pol Suradiyana dimutasi sebagai Karo Pers Polda Banten. Penggantinya AKBP Thofan Herinoto yang sebelumnya menjabat sebagai Wadir Samapta Polda Jatim.

Kapolres Malang AKBP Andi Hartoyo dimutasi sebagai Kasubbag Anev Binkar SDE SDM Polri. Andi digantikan AKBP Rinto Djatmono yang sebelumnya menjabat sebagai Kapolres Gresik. Posisi jabatan Kapolres Gresik akan diisi AKBP Jacub Prajogo yang sebelumnya menjabat sebagai Kapolres Magetan. AKBP Awi Setyono yang sebelumnya menjabat sebagai Kapolres Aceh Selatan dimutasi sebagai Kapolres Magetan.

Kapolres Blitar AKBP Eko Iswantono dimutasi sebagai Seslem Pusdik Brimob Lemdiklat Polri. Eko digantikan AKBP Wahyono yang sebelumnya menjabat sebagai Kapolres Pacitan. Kasubbid Provos Bid Propam Polda Jatim AKBP Gatot Haribowo dimutasi sebagai calon Kapolres Pacitan.

Wadir Intelkam Polda Jatim AKBP Gunawan akan dimutasi sebagai Dirintelkam Polda NTB. AKBP A Yani yang sebelumnya menjabat sebagai Kapolres Pasuruan akan dimutasi sebagai Wadir Intelkam Polda Jatim. AKBP Syahardiantono Kapolresta Pasuruan akan berpindah posisi sebagai Kapolres Pasuruan. Kasat Intelkam Polwiltabes Surabaya AKBP Slamet Hariadi akan dipromosikan sebagai calon Kapolresta Pasuruan.

(roi/fat)

Sumber: http://us.surabaya.detik.com/read/2010/05/10/164614/1354652/466/29-pejabat-di-polda-jatim-dimutasi?y991102465

Kabar Jawa Timur

Senin, 10/05/2010 08:09:21 WIB
Oleh: Marlina A. Jobs


SURABAYA (Bisnis.com): Berikut adalah berita-berita yang menjadi sorotan sejumlah media massa yang beredar di Jawa Timur antara lain mengenai maraknya praktik politik uang dan kekeliruan data DPT seiring mendekatnya agenda serangkaian pilkada, mengemukanya pendapat bahwa UU Pokok Agraria tidak sejalan dengan aturan mengenai perseroan terbatas WNA, serta gencarnya rencana pemerintah menarik wisatawan Australia.

POLITIK UANG: Praktik politik uang terindikasi kuat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Kediri periode 2010-2015. Praktik politik uang ini semakin riil pada masa tenang menjelang hari pencoblosan, 12 Mei 2010.

Bentuknya beragam mlai dari pemberian langsung dalam bentuk uang, pemberian dalambentuk barang, hingga dalam bentuk hadiah uang berli[pat apabila salah satu pasangan calon menang dalam pemilihan. (Kompas Jawa Timur)

PELINDO III: PT Pelindo III belum mencatat lonjakan signifikan ekspor dan impor Indonesia-China, meski ACFTA sudah diberlakukan sejak Januari 2010. Sejak 2008 hingga pertengahan 2010, peningkatan arus bongkar muat kargo umum, curah cair, dan curah kering diperkirakan hanya 1,63%- 7%. (Kompas Jawa Timur)

PKL MALANG: Keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di Kota Malang bakal diatur dalam perda. Pengaturan PKL tertuang dalam rancangan revisi perda tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah, yang tengah dibahas di DPRD Kota Malang. Dalam rancangan perda itu, PKL dibagi menjadi PKL permanen, PKL semipermanen, dan PKL bergerak. (Kompas Jawa Timur)

BBG NELAYAN: Kementerian Kelautan dan Perikananmencoba menerapkan konversi BBM ke BBG berupa 500 tabung gas untuk kapal nelayan di Kec. Lekok, Kab. Pasuruan. Meski potensial menekan biaya produksi, sebagian nelayan sangsi upaya itu efektif. Untuk itu, KPP bersama Pertamina, tetap meningkatkan alokasi BBM bersubsidi, sehingga tidak bergantung pada satu jenis bahan bakar. (Kompas Jawa Timur)

PROPERTI WNA: Keinginan pengembang agar warganegara asing (WNA) boleh membeli properti di Indonesia harus ditunda dulu, karena bertentangan dengan UU No. 5/1960 tentang Pokok Agraria (PA). UU itu membolehkan orang asing membeli tanah di Indonesia dengan status Hak Pakai (HP), itupun dengan catatan bisa memberikan manfaat bagi kemajuanbangsa. (Jawa Pos)

MINAPOLITAN JATIM: KKP mengembangkan program minapolitan atau kkota pelabuhan perikanan di 17 kawasan pelabuhan di Indonesia, di mana empat berada di Jawa Timur, guna memacu usaha perikanan tangkap yang pada 2010 ditargetkan mencapai 5,3 juta ton. Keempatnya akan berlokasi di Kota Probolinggo, Kab. Banyuwangi, Kab. Tuban, dan Sendang Biru, Kab. Malang. (Bisnis Indonesia Jatim & Bali)

KAMPUNG AUSTRALIA: Angka kunjungan wisatawan Australia ke Iindonesia kuartal I/2010 tumbuh 55% dibandingkan periode yang sama 2009. Hingga akhir 2010, Kemenbudpar menargetkan 620.000 wisatawan Australia, antara lain dengan menggelar misi promosi di empat kota yakni Perth, Darwin, Melbourne, dan Sidney. (Bisnis Indonesia Jatim & Bali)

TAK GUBRIS MENKOP: Sebanyak delapan koperasi di Magetan, Jatim, gagal mengakses dana permodalan ke Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB), meskipun lembaga perkoperasian tersebut telah mendapatkan rekomendasi dari Menteri Koperasi dan UKM. (Bisnis Indonesia Jatim & Bali) (ln)

Sumber: http://web.bisnis.com/berita-populer/1id180278.html

Kader Pembangunan untuk Desa

[ Senin, 10 Mei 2010 ]
PROBOLINGGO - Untuk meningkatkan kualitas pembangunan desa, perlu dibentuk kekuatan pendukung. Hal ini bertujuan agar program yang dilakukan desa sesuai dengan harapan pemerintah. Salah satunya, yakni membentuk kader pembangunan.

Sejauh ini di setiap desa telah dibentuk kader pembangunan masyarakat desa (KPMD). Menurut Korwil Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) Malang Ahmad Suruji Bahtiar, KPMD akan sangat membantu tercapainya program pemerintah yang baik dan berkesinambungan. "Akan sangat berguna untuk masyarakat," ujar Bahtiar.

BKAD sendiri menurut Bahtiar, membawahi 4 kabupaten. Yakni Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang. BKAD berfungsi mengkoordinasikan program-program pemerintah pemberdayaan.

Menurut Bahtiar, ada sekitar 8 program pemberdayaan yang dilakukan pemerintah. "Fungsi BKAD agar program tersebut bisa maksimal dilaksanakan," lanjutnya.

Karena itu kata dia, keberadaan KPMD sangat vital. Sebab, KPMD adalah unsur yang merencanakan, menyusun, mengevaluasi dan melakukan kontrol terhadap pembangunan. Khususnya pembangunan di tingkat desa dan kecamatan. "Hal ini harus diutamakan, karena menyangkut masa depan pembangunan," ujar Bahtiar.

Untuk mematangkan konsep KPMD menurut Bahtiar, perlu dilakukan pembinaan-pembinaan. Tujuannya tak lain agar pada kader nantinya bisa membuat perencanaan yang baik. Sehingga, pemberdayaan akan berhasil. Baik dari sisi proses, maupun hasil. "Hasilnya untuk kepentingan masyarakat," ujar dosen STT Nurul Jadid ini. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=157568

Bedah Buku Tentang Akhirat

[ Senin, 10 Mei 2010 ]
KRAKSAAN - Untuk memunculkan sebuah teori, harus dilakukan cara metodologis. Alur metodologis akan membuat sebuah teori menjadi matang. Dengan demikian, teori tersebut bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Hal itu diungkapkan A. Qusyairi Ismail, penulis buku Menelaah Pemikiran Agus Mustofa. Buku tersebut merupakan jawaban atas buku yang ditulis Agus Mustofa berjudul Ternyata Akhirat Tidak Kekal.

Qusyairi mengatakan, prinsip penulisan Agus Mustofa menyimpang dari metodologi kajian Alquran dan hadits. Menurutnya, ada banyak tahap metodologis yang perlu dilakukan. Teori Agus Mustofa tentang akhirat dan azab kubur, tidak sepenuhnya bisa diterima.

A. Qusyairi Ismail datang bersama rekannya Moh. Achyat Ahmad. Keduanya aktif sebagai pengajar di pondok pesantren Sidogiri Kabupaten Pasuruan. Sebagai pembanding, didatangkan KH. Zainul Alim, pengasuh pondok pesantren Darudda'wah Kabupaten Situbondo. Bedah buku tersebut dimoderatori oleh H. Idrus Ali.

Mereka adalah pembicara pada bedah buku Membongkar Pemikiran Agus Mustofa Ternyata Akhirat Tidak Kekal dan Tidak Ada Azab Kubur. Kegiatan itu dilangsungkan di aula pertokoan Soponyono Kraksaan dan diprakarsai MUI Kraksaan. Kegiatan dimulai sekitar pukul 11.00 WIB.

Tulisan Agus Mustofa dalam buku Ternyata Akhirat Tidak Kekal menurut Qusyairi, banyak kekeliruan yang mendasar. Mestinya Agus Mustofa kata dia, melakukan kajian mendalam tentang masalah akhirat dan azab.

Moh. Achyat Ahmad mengungkapkan hal senada. Menurut Achyat, selain tentang metodologi, tulisan Agus Mustofa dinilainya menyimpang dari akidah. Di antaranya tentang persoalan akhirat tidak kekal dan tidak ada azab kubur.

Achyat mengatakan, persoalan itu harus dikaji secara mendalam. "Jangan lantas mengklaim secara mendasar. Harus dilengkapi dengan dalil-dalil yang proporsional," ujar Achyat.

Sementara itu Ketua MUI Kraksaan KH. Hasan Assyadzili menuturkan, bedah buku ini dilakukan sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan. Di samping itu lanjut Hasan, juga merupakan upaya MUI untuk meluruskan masalah tersebut. "Bukan untuk menyalahkan teori Agus Mustofa. Namun untuk meluruskan saja," imbuhnya.

Disinggung mengenai ketidakhadiran Agus Mustofa, MUI Kraksaan sebenarnya ingin mengundang Agus Mustofa. Namun menurut Hasan, hal itu belum mungkin dilakukan sekarang. Menurutnya, perlu persiapan lebih lama untuk mendatangkan Agus Mustofa. "Persiapannya harus matang," ujar Hasan.

Namun Hasan mengatakan, untuk kegiatan selanjutnya MUI Kraksaan memprioritaskan kedatangan Agus Mustofa. Selain itu Hasan berharap, bisa mendudukkan Agus Mustofa dengan Qusyairi dan Achyat Ahmad. "Agar terjadi dialog yang proporsional," ujar Hasan. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=157567

Digusur, Jualan di Taman Kota

[ Senin, 10 Mei 2010 ]
KRAKSAAN - Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) memilih lokasi baru untuk berjualan. Yakni, taman kota Kraksaan di komplek stadion Gelora Merdeka Kraksaan. Alasannya, karena tidak punya lokasi untuk berjualan.

Irvin, 18, pedagang minuman asal Desa Kebonsari, Kraksaan adalah salah satunya. Irvin mengaku sudah berjualan selama sekitar 1 tahun. Irvin berjualan dengan Angga, 21, suaminya.

Suami-istri asal Jember itu mengaku baru membuka dagangan di lokasi baru tersebut sejak sekitar 2 bulan lalu. Awalnya mereka berdagangan di trotoar. Namun lokasi tersebut terkena gusur Satpol PP Kabupaten Probolinggo. "Terpaksa istirahat dulu," ujar Irvin.

Selanjutnya kata Irvin, beberapa waktu kemudian Angga berinisiatif berjualan lagi. Kali ini lokasinya di taman kota. Sebelum berjualan, Angga lebih dulu bertanya pada petugas kebersihan di taman kota. "Tanya proses izinnya," ujar Angga.

Setelah itu, Angga menemui salah seorang petugas Badan Lingkungan Hidup (BLH). Angga mengaku mendapat izin berjualan. Bahkan, tidak dikenakan biaya sepeserpun. "Malah sekarang diberi pinjaman tenda," lanjutnya.

Lain lagi dengan Imam Syafii, 29, pedagang stiker asal Maron. Imam mengaku sudah berjualan di taman kota lebih dari 6 bulan. "Setelah libur lebaran kemarin," ujar Imam.

Sama dengan Irvin, Imam meminta lebih dulu minta izin pada BLH. Sejak awal berjualan, Imam memang sudah menempati lokasi di dalam taman kota. Jadi menurut Imam, dirinya tidak tergusur.

Sementara Kepala BLH kabupaten Probolinggo Dewi Korina membenarkan pedagang kaki lima yang berjualan di taman kota. Menurut Dewi, para PKL tersebut sudah meminta izin BLH.

Sejauh ini Dewi menjelaskan, BLH membolehkan PKL menggelar dagangannya di taman kota. "Kami memperkenankan," katanya. Namun selanjutnya kata Dewi, akan dibuat lokasi khusus untuk PKL. Hanya, sejauh ini masih dalam tahap perencanaan. "Pelaksanaannya masih belum ditentukan," lanjutnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=157566

Belum Pikirkan Pengembalian ke Kasda

[ Senin, 10 Mei 2010 ]
Istri Jumanto Soal Tunggakan Suaminya

KRAKSAAN - Terhitung sejak 5 Mei Jumanto resmi diberhentikan dengan hormat sebagai anggota DPRD Kabupaten Probolinggo. Politisi asal PKNU itu juga diwajibkan membayar tunggakan kepada kas daerah. Namun sejauh ini pihak Jumanto belum memikirkan mekanisme pembayaran tersebut.

Toyyibah isteri Jumanto mengatakan, sampai sejauh ini keluarga belum mendapatkan pengumuman soal pemberhentian Jumanto tersebut. "Kami tahunya hanya dari koran Radar Bromo kalau suami saya sudah dinyatakan berhenti," katanya, kemarin (9/5).

Karena belum mendapat surat resminya, otomatis pihak Jumanto belum memikirkan pelunasan semua tunggakannya. "Kami juga belum tahu, nanti akan dipikirkan setelah berbicara dan mendapat penjelasan dari sekwan," terangnya.

Diketahui, selain terjerat kasus P2SEM di Lumajang dan memutuskan mundur dari DPRD, Jumanto masih diharuskan mengembalikan sejumlah gaji yang telah diterimanya. Itu terjadi setelah ia dinyatakan sebagai anggota dewan nonaktif sementara sejak 6 Oktober 2009.

Dengan status itu, Jumanto menerima gaji pokok saja. Besarnya Rp 1.891.125. Rinciannya terdiri dari uang representasi Rp 1.575.000, uang paket Rp 157.500, tunjangan keluarga Rp 220.500, tunjangan beras Rp 198.000 dan potongan pajak Rp 259.875.

Tapi, SK gubernur datang pada Maret 2010. Datangnya SK ini terbilang telat. Alhasil, sampai Maret 2010 Jumanto tetap mendapatkan gaji penuh. Yakni sebesar Rp 9.114.420 per bulannya.

Karena itu, Jumanto diharuskan mengembalikan selisih gajinya. Total yang harus ia kembalikan ke kas daerah (kasda) mencapai Rp 36.966.475. Angka itu berasal dari gaji yang ia terima selama November 2009-Maret 2010 sebesar total Rp 46.422.100 dikurangi jumlah total gaji yang seharusnya ia terima sesuai dengan PP No 16 tahun 2010 pasal 110 ayat 9. Yakni sebesar total Rp 9.455.625.

Namun tunggakan tersebut sudah dicicil dua kali dari gaji April dan Mei. Jadi, total tunggakan Jumanto Rp 33.184.135. "Soal tunggakan itu kami juga belum tahu pastinya. Kami hanya dapat info waktu yang non aktif sementara dulu. Itu pun kami masih belum bayar, karena nyicilnya dari gaji non aktif sementara," beber Toyyibah.

Tentang mekanisme pembayaran sisa tunggakan tersebut, Toyyibah menjelaskan dirinya akan bicara dulu kepada suaminya. Setelah itu baru ke sekwan. (mie/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=157565

18 Tahun Dirantai

[ Senin, 10 Mei 2010 ]
KRAKSAAN - Malang nasib Misriani, 22, warga desa Bulu kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo. Karena kejiwaannya terganggu, tangan kanannya harus dirantai selama 18 tahun.

Saat ditemui Radar Bromo kemarin (10/5), Misriani sedang berada di samping rumah. Misriani diikat ke sebuah pohon besar di samping rumah. Tangan kanannya diikat dengan sebuah kain. Sementara untuk pengikatnya ke pohon, digunakan rantai besi. Panjangnya sekitar 2 meter. "Diikat dengan kain agar tangannya tidak luka," ujar Atmani, 51, ibu dari Misriani.

Atmani mengaku terpaksa merantai Misriani. Jika tidak, anaknya itu akan mengamuk. "Bahkan bisa menghilang," ujar Atmani.

Misriani dirantai sejak berusia 4 tahun. Sebelumnya, Misriani mengalami kejang dan panas. Kemudian dibawa ke RSUD Waluyo Jati Kraksaan. Misriani dirawat selama beberapa hari. Namun karena tidak ada hasil, Misriani dibawa pulang.

Selanjutnya Atmani mengusahakan pengobatan alternatif untuk Misriani. Namun juga tidak membuahkan hasil. Justru sejak itulah keadaan Misriani semakin parah. Sebelumnya Misriani hanya menderita kejang dan panas. Namun kali ini kedua belah kaki Misriani mengalami kelumpuhan.

Keadaan itu membuat Misriani tidak bisa berjalan layaknya bocah normal. Untuk berjalan, Misriani harus menggunakan kedua belah lututnya dan tangannya. Itu berlanjut sampai sekarang. Misriani harus merangkak.

Atmani mengaku masih ingin mengobati Misriani. Namun, ia tak punya cukup biaya. Terlebih setelah Adlani, ayah dari Misriani meninggal 4 tahun yang lalu.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup, Atmani harus melakoni pekerjaan sebagai buruh tani dan pemulung barang bekas. Untuk pengobatan Misriani, Atmani mengaku pasrah. "Tidak ada biaya, Mas. Saya pasrah saja," ujar Atmani. (eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=157560

Hari Ini Unas Ulang Tingkat SMA

[ Senin, 10 Mei 2010 ]
Seketat Unas Utama

PROBOLINGGO - Ujian nasional (unas) ulang untuk tingkat SMA digelar serempak hari ini. Di Kota Probolinggo ada 146 siswa yang harus mengikuti unas ulang dengan pola pengawasan seketat unas utama.

Dari data yang dihimpun, ada seorang siswa di kota yang mengundurkan diri setelah dinyatakan tidak lulus unas utama. Selanjutnya yang mengikuti unas ulang adalah 53 pelajar SMK, dan 93 siswa SMA dan MA.

Dalam pelaksanaan unas ulang ini tempatnya dibagi dua. Pelajar SMK akan ditempatkan di SMKN 1. Di sana sudah disediakan lima ruangan. "Untuk SMK, ruangannya akan dibagi sesuai dengan mata pelajaran yang diikuti," jelas Kabid Pendidikan Menengah Dipendik Kota Probolinggo Sukardi kemarin (9/5).

Sedangkan untuk siswa SMA dan MA akan ditempatkan di MAN 2. Mereka sudah disiapkan tujuh ruangan. Untuk jurusan IPA satu ruangan, jurusan IPS dua ruangan, jurusan bahasa dua ruangan dan jurusan keagamaan dua ruangan. "Mekanismenya sama, soalnya juga ada soal A dan soal B," jelas Sukardi.

Unas ulangan memang tidak ada bedanya dengan unas utama. Pengawasannya juga seketat unas utama. Ada pengawas ruangan, tim pengawas independen (TPI) dan dari pihak kepolisian. "Soal-soalnya sekarang (kemarin) juga masih ada di polresta. Dan, baru bisa diambil besok (hari ini)," ujar Sukardi.

Menurut Sukardi, ujian ulangan sudah siap digelar. Bahkan persiapan itu, sudah dilakukan sejak Sabtu (8/5). Mulai dari penempelan nomor peserta sampai dengan ruangan sudah disipakan. "Persiapannya, sudah 100 persen," tegas Sukardi.

Selanjutnya, para siswa yang tidak lulus unas utama itu hanya akan mengulang pada mata pelajaran yang nilainya kurang. Sehingga, mereka ada yang akan mengikuti unas ulangan hanya sehari.

Tapi, ada juga yang akan mengikuti selama empat hati. Itu tergantung berapa mata pelajaran yang tak memenuhi passing grade dalam unas utama. "Para siswa itu hanya mengikuti ulangan pada mata pelajaran yang gagal saja," terang Sukardi.

Menurut Sukardi, para siswa yang tidak lulus itu, mereka jatuh pada mata pelajaran yang berbeda. Pada tingkat SMA dan MA untuk jurusan IPA, mereka banyak jatuh pada pelajaran Biologi. Untuk jurusan IPS, banyak yang gagal pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

Sedangkan untuk jurusan bahasa, mereka banyak yang gagal pada mata pelajaran bahasa Indonesia dan antropologi. Sedangkan untuk keagamaan, para pelajar itu banyak yang tidak mampu dalam soal bahasa Inggris. "Kalau untuk tingkat SMK, mereka banyak yang gagal dalam mata pelajaran bahasa Inggris dan matematika," jelas Sukardi.

Sedangkan seorang siswa yang mengundurkan diri itu, Sukardi mengaku tidak tahu alasannya, kenapa siswa tersebut sampai mengundurkan diri. "Tidak jelas alasannya. Tapi sudah ada penyataan dari orang tua dan kepala sekolahnya," ujarnya.

Di Kabupaten Probolinggo, yang ikut unas ulang tingkat SMA hari ini tercatat ada 134 pelajar. Mereka terdiri atas pelajar SMA, MA dan SMK. Sejumlah 116 di antaranya adalah murid SMA dan MA.

Untuk siswa SMA dan MA, unas ulang akan digelar di tempat yang sama di SMA Taman Siswa Kraksaan. Sedangkan untuk siswa SMK, unas ulang akan digelar di SMKN 1 Kraksaan.

Unas ulang tersebut akan dilaksanakan serentak mulai pukul 10.00. M Nasor, ketua panitia pelaksanaan unas ulang mengatakan, pihaknya sudah siap 100 persen menggelar unas ulang tersebut.

Untuk siswa SMA dan MA memang sengaja ditempatkan di satu tempat. Karena materi ujiannya sama. Di hari pertama ini jadwal unasnya Bahasa Indonesia untuk jam pertama serta Sosiologi atau biologi di jam kedua.

Ke 116 siswa-siswi dari SMA dan MA yang mengulang tersebut akan ditempatkan di 4 ruangan kelas yang telah disediakan oleh panitia pelaksana. "Saat ini tempatnya sudah siap. Tinggal soalnya saja yang sekarang masih di Polres. Soalnya memang baru besok di distribusikan," kata Nasor, yang juga kepala SMAN 1 Kraksaan.

Nasor menjelaskan, pengawasan unas ulang ini juga cukup ketat. Pendistribusian tidak berbeda saat pelaksanaan unas utama. Mulai soal datang sampai soal diterima siswa selalu dalam pengawasan petugas kepolisian setempat.

Dengan begitu, soal-soal unas ulang tersebut juga dijamin tidak bocor. Proses pengawasan saat ujian juga tidak berbeda dengan saat pelaksanaan unas utama. Akan ada tim pengawas saat unas ulang berlangsung.

Lalu darimana anggaran persiapan unas ulang tersebut? Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, setiap peserta unas ulang tersebut dikenai anggaran Rp 100 ribu. Tetapi beban tersebut tidak diberikan langsung kepada siswanya.

Lalu siapa yang membayarnya? "Sub rayon dan sekolah yang bersangkutan. Uangnya diambil dari persiapan unas di sub rayon setempat," terang Nasor.

Menurut Nasor, anggaran persiapan unas tersebut untuk segala persiapan unas ulang. Seperti untuk konsumsi tim pengawas, untuk sewa ruangan dan hal-hal yang bersifat teknis lainnya.

Sementara itu Assa'ad, kasi SMA Dinas Pendidikan mengatakan, jelang unas ulang tersebut tiap sekolah masing-masing sudah diimbau untuk membekali muridnya masing-masing. "Mulai dari mengasah mengerjakan soal-soal sampai menyiapkan secara mental," katanya.

Dijelaskan Assa'ad, faktor mental juga cukup penting jelang unas ulang. Maklum saja rata-rata mental siswa peserta unas ulang sempat drop usai mengetahui dinyatakan gagal lulus pada unas pertama lalu.

Meskipun begitu Assa'ad berharap semua siswa peserta unas ulang tidak nervous terlebih dahulu dan tetap santai. Bagaimana bila gagal? Assa'ad menjelaskan dunia belum berakhir walau nanti akhirnya gagal lagi dalam unas ulang.

Siswa yang masih juga gagal dalam unas ulang disarankan untuk mengikuti program kejar paket C. "Dengan program paket C juga bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan perguruan tinggi (PT)," jelas Assa'ad. (rud/mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=157558

MPS2 Banyak Sembako Murah

[ Senin, 10 Mei 2010 ]

PROBOLINGGO
- Morning on Panglima Sudirman Street (MPS2) di Kota Probolinggo untuk edisi kedua tahun ini digelar kemarin (9/5). Acara ini benar-benar sudah dinanti masyarakat. Simak saja, Jl Panglima Sudirman dan Jl Dr Soetomo yang jadi lokasi acara tersebut sejak sekitar pukul 05.00 kemarin sudah dipadati manusia.

Event triwulanan tersebut kali ini mengambil tema Meningkatkan perberdayaan rakyat, demi mewujudkan masyarakat Probolinggo yang sejahtera. Tiga instansi jadi panitianya. Yakni Dinas Pengelola Pendapatan Keuangan dan Aset (DPPKA), Dinas Pendidikan, serta Staf Ahli Sumber Daya Manusia (SDM).

Lebih dari 165 lembaga dan elemen masyarakat yang ikut mengisi kegiatan tersebut. Yang digeber bermacam-macam. Masih ada pentas seni, budaya, olahraga, gelar sembako murah, pelayanan kesehatan gratis maupun pemberdayaan ekonomi lokal melalui UKM (usaha kecil menengah). "Jumlah itu, belum termasuk para pedagang kaki lima (PKL) dan pedagang dadakan," ujar Kepala Dinas Pendidikan Maksum Subani.

Sedangkan Wali Kota Probolinggo Buchori dalam sambutannya menyatakan bahwa acara itu bertujuan memasarkan produk-produk hasil olahan kota. Juga sebagai sarana mengekpresikan ide-ide kreatif warga.

Menurutnya, MPS2 kali ini memang sengaja dibuat berbeda. Yakni, lebih banyak mengedepankan kepentingan umat. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan sembako murah dan gratis. "Kali ini, 70 persen stand menyediakan sembako murah. Bahkan ada yang gratis," ujarnya.

Buchori mengatakan, itu sebagai salah satu bentuk pengamalan dari ajaran agama. Yakni, tentang tolong menolong dan mengingat saudara-saudaranya yang kurang mampu. Buchori juga mengutip ayat Alquran surat At-Taubah ayat 20.

"Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan."

Selanjutnya, Buchori mengajak masyarakat untuk mencintai produk lokal. Karena menurutnya, itu juga dianjurkan dalam agama. "Mencintai produk lokal sama dengan mencintai tahan air. Dan, mencintai tanah air adalah sebagian dari iman," ujarnya.

Dalam kesempatan itu Buchori mengingatkan kalau sekira 1,5 bulan lagi akan ada acara besar di kota. Karena itu ia minta warga, terutama jajaran pemkot dan anak buahnya untuk tidak mencari hiburan ke luar kota.

"Karena, hari itu bertepatan dengan hari libur. Sehingga, saya harapkan jangan sampai mencari hiburan ke luar kota. Cukup di Probolinggo saja. Terutama, rumahnya yang di luar Probolinggo, seperti Kediri dan Surabaya," ujarnya.

Mendengar itu, para undangan dalam pembukaan kemarin banyak mendehem. "Lha iya, masak orang luar datang ke sini. Kok yang (warga) sini mau keluar," sahut Buchori kemudian.

Selesai sambutan, Wali Kota Buchori memukul gong tanda acara MPS2 hari itu dimulai. Selanjutnya, didampingi para kepala satker, Wali Kota bergerak dari depan rumah dinas yang jadi tempat pembukaan, menuju stan-stan MPS2.

Namun, sampai di depan kantor pemkot, terlebih dahulu Buchori bersama para kepala satker melepas beberapa ekor burung. Itu sebagai tindak lanjut dari program pemerintah, yakni Probolinggo Berkicau. Saat itu Wali Kota Buchori didampingi sang istri yang juga anggota DPR RI Rukmini Buchori. Tampak juga jajaran Muspida, anggota DPRD.

Sementara itu, dalam episode kali ini, MPS2 yang ditampilkan memang lebih beragam. Tidak seperti episode sebelum-sebelumnya yang didominasi band. Kemarin pentas band memang masih ada, tapi tak sebanyak sebelumnya.

Selain itu, budaya dan seni juga mewarnai gelaran MPS2 kemarin. Dari tari tradisonal, pajangan keris, tari samman. Bahkan ada yang menampilkan dai cilik sampai kelompok taekwondo pun unjuk diri. Bocah-bocah anggota kelompok taekwondo itu memamerkan kemampuannya melakukan jurus-jurus tendangan.

Tampilan itu digeber maksimal, terutama, saat rombongan Wali Kota singgah. Tapi, ada juga yang gagal unjuk kebolehan saat dihampiri Wali Kota. Sekelompok penari sudah mempersiapkan diri tampil di depan wali kota. Tapi, begitu Wali Kota sampai di stan tersebut, sound systemnya malah ngadat.

Akhirnya, mereka tidak jadi menari. Rombongan Wali Kota pun akhirnya meninggalkan mereka. "Kasihan..." celetuk seorang warga.

Sekira pukul 09.00, sudah banyak stan yang kukut alias tutup. Pada episode sebelumnya transaksi di MPS2 mencapai Rp 850 juta. Sedangkan untuk kemarin, Kepala Dispendik Maksum Subani menyatakan lebih dari nilai itu. "Untuk besarnya, kami masih belum tahu pasti. Tapi, kami yakin itu akan lebih besar dari kemarin (episode pertama 2010)," katanya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=157557

Bersama Pembatik Kota Probolinggo yang Karyanya Telah Mengharumkan Nama Kotanya

[ Senin, 10 Mei 2010 ]
Kain Eksperimen Malah Jadi Juara

Di ajang lomba cipta busana batik gelaran PKK Jawa Timur pekan lalu, dua karya dari Kota Probolinggo berhasil mendapat predikat juara. Masing-masing adalah motif batik Ayu Bestari dan Semarak Mangga Anggur. Berikut pembatik di balik karya berprestasi itu.

FAMY DECTA MAULIDA, Probolinggo

---

Jumat (7/5) suasana rumah produksi batik di Jl MT Haryono, Kelurahan Jati, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo begitu ramai. Beberapa ibu nampak sibuk dengan kain-kain batik yang siap diberi pewarna. Halaman depan hingga belakang rumah milik Ida itu dipenuhi aktifitas membuat batik.

Di sanalah Radar Bromo bisa menemui dua pengrajin batik yang kainnya menjadi pemenang di Jawa Timur. Myta Agustina dan Siswanto atau yang lebih dikenal dengan nama Wasis. Sejak karya batiknya yang menang di Jatim diberitakan Radar Bromo Jumat lalu, keduanya mendapat banyak ucapan selamat dari rekan atau pegawai pemkot.

Menjuarai Lomba Cipta Busana PKK Jatim ditunjang berbagai pihak. Bukan sekedar motif batiknya, tetapi didukung dengan desain dan kreatifitas. Oleh karenanya Myta dan Wasis masih tidak percaya kalau kain batiknya menjadi juara di Jatim.

Sebelumnya Myta bukanlah seorang pengrajin batik. Ia dikenal sebagai pengusaha handycraft. Tapi, profesinya kini semakin bertambah. Tak hanya pengusaha tetapi juga menjadi pembatik. Sejak enam bulan lalu pemilik Incoming Collection itu mengembangkan usaha batik.

"Aku harus melihat kemampuan dulu, aku bisa atau tidak membuat itu. Setelah saya merasa bisa, baru saya tekuni," katanya ketika ditanya tentang dunia barunya tersebut.

"Jarene batik itu warisan budaya, lalu saya berpikir, bisa tidak ya aku ikut melestarikan budaya melalui karya sendiri. Mulai enam bulan lalu saya sudah mencoba-coba membuat batik," tutur wanita yang rambutnya di-colour itu.

Bagi Myta, sulitnya membuat batik adalah memadukan motif batik dengan ciri khas Kota Probolinggo. Membuat batik malah bikin Myta merasa tertantang. Ia bisa membatik bukan ujug-ujug tetapi melalui proses pembelajaran.

Kreatifitas Myta dituangkan dalam kain batik atau handycraft yang dipadu dengan batik khas Kota Probolinggo. Diakui pula olehnya, membuat batik sangat membutuhkan perhatian yang besar. Di tempatnya Myta menjadi konseptor, sedangkan anak buahnya yang menjalankan ide-ide yang muncul dari Myta.

Myta punya tempat produksi di Jl KH Hasan Genggong. Tapi, semenjak ikut konsentrasi dengan batik, Myta pun mengubah rumahnya menjadi tempat produksi kedua dan menambah pekerja. Di rumah khusus canting, waterglass dan pewarnaan. Setelah itu dibawa ke tempat produksi utama untuk di-finishing.

Kain motif Semarak Mangga Anggur adalah karya Myta. Motif itu dibuat hanya untuk sekedar coba-coba karena dia tidak tahu kalau akan ada lomba. Motif yang rumit membuat batik Semarak Mangga Anggur baru terselesaikan selama dua minggu.

Sewaktu akan dibawa ke galeri batik Gachor, kain batik itu berniat diletakkan di galeri untuk dijual. Tiba-tiba paguyuban pecinta dan pembatik setempat mendapat kabar ada lomba busana batik di Jawa Timur.

Ketika mengetahui kainnya bakal dipakai, Myta sudah pesimis. "Aduh.. yo kalah. Kalau aku boleh bilang, waktu itu aku tidak berani. Wis sudah tidak ada harapan untuk menang. Itu kan kain eksperimen," kenang Myta.

Myta hanya memproduksi satu motif Semarak Mangga Anggur. Ia menjual batik itu dengan harga Rp 500 ribu. "Memang saya bikin satu saja, tidak ada lagi. Akhirnya ya itu saja yang dipakai untuk lomba terus diberi kain tambahan untuk melengkapi desain busana casualnya," tutur wanita yang ingin mencoba pewarnaan alam dalam kain batiknya.

Berbeda dengan dunia yang digeluti Myta, Wasis dulu hanya UKM (usaha kecil menengah) bordir. Dia tidak pernah mengenal desain batik sama sekali. "Cuma saya terus menekuni dan mau belajar, akhirnya bisa. Istri saya juga sebagai penunjang," kata suami dari Unik Nur Sutami itu.

Wasis punya komitmen, setiap desain batik yang dia buat harus punya cerita. "Saya selalu berupaya agar desain itu bercerita," sambung pria yang pernah menjadi nominasi lomba desain batik di Kabupaten Probolinggo tahun 2001 silam.

Warga Jl Hayam Wuruk gang buntu itu menceritakan, asal muasal batik seribu taman dan ayu bestari tercipta. Berbekal dari ikon Kota Probolinggo, Wasis ingin menciptakan desain tersebut. Berhasil membuat seribu taman dan Ayu Bestari, Wasis ingin mencoba pewarnaan alam.

Sebenarnya Wasis ingin menciptakan warna merah marun. Ia menggunakan jambe dan sirih. Dikiranya muncul warna yang diinginkan, ternyata jadinya malah warna coklat. Dia lupa kalau ingin warna merah marun campuran jambe, sirih dan gading.

Ternyata warna coklat yang dihasilkan dari pewarnaan alam itu tidak begitu mengecewakan. Wasis kemudian membuat desain ayu bestari. Menurutnya, ayu bestari bercerita tentang perempuan yang memiliki target dalam hidupnya. Untuk mencapai itu semua, ayu bestari bertapa dan berpuasa.

"Jadi, Ayu Bestari itu adalah perempuan. Bisa dibilang, perjalanannya itu mirip seperti UKM yang memulai dari bawah dan mendapatkan target yang diinginkannya hingga muncul jalinan keterikatan," ucap pembatik yang ingin konsen di pewarnaan alam.

Batik ayu bestari yang disulap menjadi busana malam itu perwarnaannya dari indigovera (mangsi) yang tumbuh liar di sawah. Wasis punya ide menggunakan pewarnaan itu setelah mengikuti pelatihan di Surabaya.

Indigovera itu direbus dengan campuran air, kapur, tawas dan tunjung. Perbandingannya 1 kg indigovera dengan 2 liter air agar muncul kepekatan warna. Ada banyak pewarnaan alam yang bisa digunakan antara lain daun mangga, kulit manggis, kulit rambutan, mahoni, jamber, sirih, juwet dan secang.

Mendengar kain batiknya menjadi juara, Wasis begitu terkejut. "Ini anugerah. Saya saja pesimis, tetapi alhamdulillah. Yang dipakai untuk busana malam itu ada tiga lembar kain, per satu kainnya saya jual Rp 500 ribu," ungkap Wasis yang menggarap batik itu selama dua minggu.

Baik Myta dan Wasis sangat bersyukur karena dukungan pemerintah terhadap pembatik lokal sangat baik. Berawal dari sebuah pelatihan batik yang digelar oleh TP PKK Kota Probolinggo yang bekerjasama dengan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag). Akhirnya kota ini punya batik dan karyanya semakin berkembang. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=157547

Hilang 5 Hari, Ditemukan Tewas

[ Senin, 10 Mei 2010 ]
SUMBER - Sutirjo alias Rejo, 35, warga Desa Tukul, Kecamatan Sumber Kabupaten Probolinggo bernasib tragis. Sejak Senin (3/5) lalu Rejo menghilang. Dan pada Jumat (7/5) sekitar pukul 21.00, tubuhnya ditemukan tewas mengapung di sungai Pendil, Desa Gumito, Sumber.

Saat ditemukan kondisi jenazah Rejo sudah rusak, dalam posisi telungkup di antara bebatuan kali. Dari tubuh itu menyebar bau tak sedap.

Dari data yang dihimpun Radar Bromo, Rejo meninggalkan rumah tempatnya tinggal bareng orang tuanya di Desa Tukul sejak Senin (3/5) sore. Ia pergi tanpa pamit kepada orang tuanya. Diperkirakan saat itu Rejo sedang berselisih dengan orang tuanya.

Rejo pergi dengan mengendarai motornya, Kawazaki Blitz nopol N 2806 PR. Usai pergi sore itu, Rejo tak kunjung kembali sampai keesokan harinya (4/5). Kontan saja hal tersebut membuat kedua orang tuanya, Tenap, 62, dan Tinah, 58, bingung. Sebab, tidak biasanya Rejo sampai menginap di tempat lain.

Karena khawatir, keluarga dan warga setempat akhirnya melakukan pencarian pada Selasa (4/5) sore. Yang membuat warga terkejut, warga dan keluarga yang mencari saat itu hanya menemukan motor Rejo di pinggir sungai Pendil persisinya di sekitar jembatan Desa Gemito.

Selain motor, warga juga menemukan baju beserta sandal jepit Rejo yang ditaruh di pinggiran sungai. Mendapati hal tersebut, warga pun langsung beranggapan Rejo terbawa arus sungai yang kebetulan sedang deras-derasnya. "Diperkirakan saat itu korban sedang mandi," kata Kapolsek Sumber AKP Bambang S.

Warga beserta petugas kepolisian dari Polsek Sumber dan tim SAR pun langsung melakukan pencarian di sekitar sungai. Namun, penyisiran itu tidak membuahkan hasil. "Padahal kami sudah menyisir sampai ke sungai Kedunggaleng, Wonoasih," beber Kapolsek.

Tenap akhirnya juga ikut mencari pada Jumat (7/5). Pencarian Tenap tersebut membuahkan hasil. Anehnya, korban malah ditemukan tak jauh dari tempat motornya diparkir di sekitar jembatan.

Kontan saja hal tersebut sedikit membuat warga dan tim pencari heran. Sebab daeah tersebut selama lima hari sudah diubek-ubek oleh tim pencari. "Mungkin karena ikatan batin orang tua dan anak. Jadi, begitu orang tua nyari, langsung ketemu," kata Kapolsek yang juga mengaku sedikit heran.

Korban ditemukan dengan tubuh masih terbalut pakaian lengkap. Dompet dalam saku celananya juga masih ada. Dalam dompet tersebut terdapat uang sejumlah Rp 2,2 juta.

Usai ditemukan, keluarga keberatan dilakukan visum dalam. Dari visum luar petugas kepolisian tidak menemukan tanda-tanda penganiayaan. Di mayat korban tidak ada bekas luka dari benda tajam atau tumpul. "Murni kecelakaan," terang Kapolsek. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=157546