Senin, 10 Mei 2010

Bersama Pembatik Kota Probolinggo yang Karyanya Telah Mengharumkan Nama Kotanya

[ Senin, 10 Mei 2010 ]
Kain Eksperimen Malah Jadi Juara

Di ajang lomba cipta busana batik gelaran PKK Jawa Timur pekan lalu, dua karya dari Kota Probolinggo berhasil mendapat predikat juara. Masing-masing adalah motif batik Ayu Bestari dan Semarak Mangga Anggur. Berikut pembatik di balik karya berprestasi itu.

FAMY DECTA MAULIDA, Probolinggo

---

Jumat (7/5) suasana rumah produksi batik di Jl MT Haryono, Kelurahan Jati, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo begitu ramai. Beberapa ibu nampak sibuk dengan kain-kain batik yang siap diberi pewarna. Halaman depan hingga belakang rumah milik Ida itu dipenuhi aktifitas membuat batik.

Di sanalah Radar Bromo bisa menemui dua pengrajin batik yang kainnya menjadi pemenang di Jawa Timur. Myta Agustina dan Siswanto atau yang lebih dikenal dengan nama Wasis. Sejak karya batiknya yang menang di Jatim diberitakan Radar Bromo Jumat lalu, keduanya mendapat banyak ucapan selamat dari rekan atau pegawai pemkot.

Menjuarai Lomba Cipta Busana PKK Jatim ditunjang berbagai pihak. Bukan sekedar motif batiknya, tetapi didukung dengan desain dan kreatifitas. Oleh karenanya Myta dan Wasis masih tidak percaya kalau kain batiknya menjadi juara di Jatim.

Sebelumnya Myta bukanlah seorang pengrajin batik. Ia dikenal sebagai pengusaha handycraft. Tapi, profesinya kini semakin bertambah. Tak hanya pengusaha tetapi juga menjadi pembatik. Sejak enam bulan lalu pemilik Incoming Collection itu mengembangkan usaha batik.

"Aku harus melihat kemampuan dulu, aku bisa atau tidak membuat itu. Setelah saya merasa bisa, baru saya tekuni," katanya ketika ditanya tentang dunia barunya tersebut.

"Jarene batik itu warisan budaya, lalu saya berpikir, bisa tidak ya aku ikut melestarikan budaya melalui karya sendiri. Mulai enam bulan lalu saya sudah mencoba-coba membuat batik," tutur wanita yang rambutnya di-colour itu.

Bagi Myta, sulitnya membuat batik adalah memadukan motif batik dengan ciri khas Kota Probolinggo. Membuat batik malah bikin Myta merasa tertantang. Ia bisa membatik bukan ujug-ujug tetapi melalui proses pembelajaran.

Kreatifitas Myta dituangkan dalam kain batik atau handycraft yang dipadu dengan batik khas Kota Probolinggo. Diakui pula olehnya, membuat batik sangat membutuhkan perhatian yang besar. Di tempatnya Myta menjadi konseptor, sedangkan anak buahnya yang menjalankan ide-ide yang muncul dari Myta.

Myta punya tempat produksi di Jl KH Hasan Genggong. Tapi, semenjak ikut konsentrasi dengan batik, Myta pun mengubah rumahnya menjadi tempat produksi kedua dan menambah pekerja. Di rumah khusus canting, waterglass dan pewarnaan. Setelah itu dibawa ke tempat produksi utama untuk di-finishing.

Kain motif Semarak Mangga Anggur adalah karya Myta. Motif itu dibuat hanya untuk sekedar coba-coba karena dia tidak tahu kalau akan ada lomba. Motif yang rumit membuat batik Semarak Mangga Anggur baru terselesaikan selama dua minggu.

Sewaktu akan dibawa ke galeri batik Gachor, kain batik itu berniat diletakkan di galeri untuk dijual. Tiba-tiba paguyuban pecinta dan pembatik setempat mendapat kabar ada lomba busana batik di Jawa Timur.

Ketika mengetahui kainnya bakal dipakai, Myta sudah pesimis. "Aduh.. yo kalah. Kalau aku boleh bilang, waktu itu aku tidak berani. Wis sudah tidak ada harapan untuk menang. Itu kan kain eksperimen," kenang Myta.

Myta hanya memproduksi satu motif Semarak Mangga Anggur. Ia menjual batik itu dengan harga Rp 500 ribu. "Memang saya bikin satu saja, tidak ada lagi. Akhirnya ya itu saja yang dipakai untuk lomba terus diberi kain tambahan untuk melengkapi desain busana casualnya," tutur wanita yang ingin mencoba pewarnaan alam dalam kain batiknya.

Berbeda dengan dunia yang digeluti Myta, Wasis dulu hanya UKM (usaha kecil menengah) bordir. Dia tidak pernah mengenal desain batik sama sekali. "Cuma saya terus menekuni dan mau belajar, akhirnya bisa. Istri saya juga sebagai penunjang," kata suami dari Unik Nur Sutami itu.

Wasis punya komitmen, setiap desain batik yang dia buat harus punya cerita. "Saya selalu berupaya agar desain itu bercerita," sambung pria yang pernah menjadi nominasi lomba desain batik di Kabupaten Probolinggo tahun 2001 silam.

Warga Jl Hayam Wuruk gang buntu itu menceritakan, asal muasal batik seribu taman dan ayu bestari tercipta. Berbekal dari ikon Kota Probolinggo, Wasis ingin menciptakan desain tersebut. Berhasil membuat seribu taman dan Ayu Bestari, Wasis ingin mencoba pewarnaan alam.

Sebenarnya Wasis ingin menciptakan warna merah marun. Ia menggunakan jambe dan sirih. Dikiranya muncul warna yang diinginkan, ternyata jadinya malah warna coklat. Dia lupa kalau ingin warna merah marun campuran jambe, sirih dan gading.

Ternyata warna coklat yang dihasilkan dari pewarnaan alam itu tidak begitu mengecewakan. Wasis kemudian membuat desain ayu bestari. Menurutnya, ayu bestari bercerita tentang perempuan yang memiliki target dalam hidupnya. Untuk mencapai itu semua, ayu bestari bertapa dan berpuasa.

"Jadi, Ayu Bestari itu adalah perempuan. Bisa dibilang, perjalanannya itu mirip seperti UKM yang memulai dari bawah dan mendapatkan target yang diinginkannya hingga muncul jalinan keterikatan," ucap pembatik yang ingin konsen di pewarnaan alam.

Batik ayu bestari yang disulap menjadi busana malam itu perwarnaannya dari indigovera (mangsi) yang tumbuh liar di sawah. Wasis punya ide menggunakan pewarnaan itu setelah mengikuti pelatihan di Surabaya.

Indigovera itu direbus dengan campuran air, kapur, tawas dan tunjung. Perbandingannya 1 kg indigovera dengan 2 liter air agar muncul kepekatan warna. Ada banyak pewarnaan alam yang bisa digunakan antara lain daun mangga, kulit manggis, kulit rambutan, mahoni, jamber, sirih, juwet dan secang.

Mendengar kain batiknya menjadi juara, Wasis begitu terkejut. "Ini anugerah. Saya saja pesimis, tetapi alhamdulillah. Yang dipakai untuk busana malam itu ada tiga lembar kain, per satu kainnya saya jual Rp 500 ribu," ungkap Wasis yang menggarap batik itu selama dua minggu.

Baik Myta dan Wasis sangat bersyukur karena dukungan pemerintah terhadap pembatik lokal sangat baik. Berawal dari sebuah pelatihan batik yang digelar oleh TP PKK Kota Probolinggo yang bekerjasama dengan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag). Akhirnya kota ini punya batik dan karyanya semakin berkembang. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=157547

Tidak ada komentar:

Posting Komentar