Senin, 10 Mei 2010

Gadis 8 Tahun Diikat

Kehidupan
Gadis Ini 8 Tahun Diikat di Pohon (1)
Senin, 10 Mei 2010 | 10:10 WIB
SURYA.co.id/atiq ali rahbini
Sriyani (18), warga Desa Bulu RT 03/RW 04, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, diikatkan ke akar pohon mangga selama 8 tahun dan nyaris diperkosa pengemis.

PROBOLINGGO, KOMPAS.com — Tangan Sriyani (18) belepotan tanah dan debu. Tali warna hijau melingkar di pergelangan tangan kanannya, yang diikatkan ke akar pohon mangga di sebelah barat rumah orangtuanya.

Sejak hampir delapan tahun lalu Sriyani berada dalam kondisi mengenaskan seperti ini di sebelah barat rumah orangtuanya, Desa Bulu RT 03/RT 04, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo. Setiap pagi sampai menjelang malam, dia terpaksa menghabiskan waktu di sana, termasuk Minggu (9/5/2010).

Sesekali, anak janda Atmani (50) itu tersenyum simpul. Rambutnya yang pendek memperjelas guratan wajah dan lehernya yang dipenuhi dengan debu. Di belakangnya terlihat beberapa ayam kampung mengorek tumpukan sampah daun kering.

Minggu kemarin sekitar pukul 10.30, Sriyani tampak kehausan. Atmani pun memberi anak wanitanya tersebut minuman berupa air putih, yang langsung diteguk sang anak.

Para tetangga sekitar sudah tak asing lagi dengan pemandangan seperti itu. Sriyani diikat ke akar pohon mangga supaya tidak lari dan memasuki rumah penduduk.

Sriyani sekarang tinggal hanya bersama sang ibu, Atmani. Adapun ayahnya, Madlani, tutup usia beberapa tahun lalu. Sriyani dirawat Atmani, yang sehari-sehari berjualan sayur di pasar. (Atiq Ali Rahbini/Bersambung)

Sumber: http://regional.kompas.com/read/2010/05/10/10100526/Gadis.Ini.8.Tahun.Diikat.di.Pohon.1-8

PROBOLINGGO, KOMPAS.com — Tangan kanan Sriyani (18), warga Desa Bulu RT 03/RW 04, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, diikatkan ke akar pohon mangga. Meski perlakuan itu tidak lazim, warga sekitar dapat memakluminya.

Jika malam tiba, maka Sriyani dibawa oleh Atmani (50), sang ibu, ke dalam rumah yang sudah reot dan berdinding anyaman bambu. Jika hendak tidur, maka janda dua anak itu mengikat lagi tangan anak semata wayangnya itu ke ranjang.

Jika pagi menjelang, maka Atmani akan mengikat kembali anaknya di akar pohon mangga di sebelah barat rumahnya.

Kondisi Sriyani memprihatinkan. Meski badannya terlihat gemuk, kedua kakinya lumpuh sehingga tidak bisa berjalan normal. Jika tidak diikat, dia berjalan dengan cara menyeret tubuhnya, kemudian memasuki rumah tetangga.

Terkadang dia mengamuk karena kondisi mentalnya sedikit terganggu. Karena itulah sang ibu kemudian memilih mengikat anaknya.

“Saya sebenarnya tidak tega mengikatnya. Tapi mau bagaimana lagi? Daripada saya dimarahi tetangga,” keluh Atmani.

Saat difoto Surya, Sriyani mengenakan pakaian lengkap atas permintaan Surya kepada ibunya. Namun, sehari-hari Sriyani tidak mengenakan baju saat diikat ke akar pohon. Menurut ibunya, Sriyani memilih tidak mengenakan baju.

Karena tak pernah memakai baju itulah Sriyani pernah nyaris diperkosa pengemis yang melintas di rumah ibunya, beberapa waktu lalu. Saat itu Sriyani berteriak keras sehingga mengundang kedatangan beberapa tetangga. Sang calon pemerkosa pun kabur.

“Dulu dia hampir diperkosa pengemis,” ujar seorang tetangga bernama Mus Mulyadi. (Atiq Ali Rahbini/Bersambung)

Sumber: http://regional.kompas.com/read/2010/05/10/1025514/Gadis.8.Tahun.Diikat..Nyaris.Dimesumi.2-5

PROBOLINGGO, KOMPAS.com — Tangan kanan Sriyani (18), warga Desa Bulu RT 03/RW 04, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, sejak delapan tahun lalu diikatkan ke akar pohon mangga. Namun, saat malam tiba, Atmani (50), ibundanya, membawa Sriyani ke dalam rumah. Mengapa Atmani tega mengikat anak kandungnya?

Atmani pernah tiga kali menikah dan memiliki dua anak. Salah seorangnya meninggal. Adapun Sriyani merupakan hasil pernikahannya dengan suami ketiga, Madlani.

Ketika Sriyani masih balita, menurut Atmani, dia terlihat seperti anak-anak lain yang normal. “Dia bermain, berlari dengan teman-temannya,” kenang Atmani, dengan mata menerawang ke arah pepohonan di sebelah rumah.

Namun, ketika Sriyani menginjak usia tujuh tahun, petaka tersebut datang. Saat itu Sriyani menangis karena demam panas tinggi disertai kejang-kejang. Setelah 24 jam menangis, Sriyani dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Waluyo Jati, Kraksaan.

“Waktu itu dia sempat disuntik. Tapi anehnya tidak sembuh, malahan tidak bisa berjalan setelah dibawa pulang ke rumah,” ungkap Atmani.

Karena tak ada biaya, Sriyani akhirnya hanya diobati dengan jalan alternatif melalui sejumlah dukun pijat. Namun, upaya tersebut tidak membuahkan hasil, dan Sriyani menjadi lumpuh tanpa bisa berjalan.

Secara psikis, mental Sriyani juga terganggu. Jika pikirannya tidak tenang, maka dia melempari rumah para tetangga dengan batu.

Meski demikian, Atmani menyatakan tetap menyayangi anak tunggalnya tersebut. Oleh karena itulah, dengan segala keterbatasannya, dia merawat Sriyani.

“Seperti apa pun dia sekarang, dia tetaplah anak saya. Mungkin ujian dari Tuhan,” kata Atmani, dengan wajah memelas. (Atiq Ali Rahbini/Habis)

Sumber: http://regional.kompas.com/read/2010/05/10/1119534/Gadis.8.Tahun.Diikat..Awalnya.Normal.3-8



Tidak ada komentar:

Posting Komentar